Beberapa detik yang lalu.
"Eeergh!" geramku, saat tanganku mencapai kemarahan untuk mencekik wanita ini.
Namun, beberapa dari mereka pun menghindari kejahatanku hingga tak berlangsung lama.
"Emira, hentikan!" cegah Rendi memegangiku.
"Hei, kalian ini kenapa?" tanya dari beberapa senior.
Pada produser eksekutif, dan bahkan para wartawan atau reporter lainnya ikut hanyut dalam masalah ini. Situasi yang sempat menjadi riuh hingga meneriakkan beberapa keluhan. Aku meraih ponselku dengan kesalnya.
Aku pergi membawa dengan segala amarahku. Bukan karena lemparan ponselku ke dinding, tetapi apa yang dilakukan Anindira selama ini adalah kejahatan yang tersembunyi.
Aku melewati mereka semua dengan raut kesalku yang mendekap-dekap mengerang, mengiringi langkah tak lagi tertolehkan. Jebran bahkan berjalan untuk menghampiriku, tetapi aku melewatinya begitu saja dengan merengut.
Jebran memiringkan tubuhnya, tercenung heran sambil mengerutkan kening.
"Emira?" sapa Jebran.