Aku menatap, memperhatikan Jebran saat menekan peringatan dalam dirinya sambil menutup mata. Mungkin, ia akan menutup sementara waktu dari ketakutan yang ada pada dirinya.
Situasi yang sempat berbahaya mengancam nyawa berani ia lewati dengan mengenggam tanganku.
Lalu perlahan membuka. "Pulanglah! Ini sudah terlalu malam untuk bekerja, besok aku akan menjemputmu pergi," pintanya padaku.
"Bolehkah aku bersamamu??"
Aku melihat raut Jebran yang sudah menjadi sosok pemberani seperti kulihat sebelumnya. Pada hakikatnya, dia memang pria tangkas yang aku kenal. Dia adalah pria yang benar-benar membuatku semakin semangat.
Aku pun mengangguk senang, "Hm, aku akan pulang, dengan senang hati!"
Aku pun berbalik, meninggalkan sisi dirinya yang hanya termangu itu. Di balik pintu, aku tersenyum karena mendengar suara yang begitu membuatku semangat. Bagiku, ketakutan hanya akan membunuh diri kita sendiri.