Suaranya mendesis hingga mendayu-dayu di antara pendengaranku. Aku masih berada di dalam dekapannya yang membuat ia semakin merintih ketakutan. Tanganku yang masih menepuk-tepuk punggungnya.
Perlahan, ia mengendurkan dekapan yang mulai memperlihatkan raut gelisahnya.
"Kenapa wajahmu terlihat begini? Aku tidak akan terluka, kau tenang saja!" tegasku, dalam penekananku.
Jebran meraih tanganku sambil mengepalkannya, "Berjanjilah padaku kalau kau tidak akan pernah terluka!"
Aku memindahkan salah satu tangan ke atas genggamannya, lalu mulai menatap dirinya. "Hm, aku tidak akan terluka, percayalah!" tegasku lagi.
"Besok, ayo kita pergi ke Yayasan itu," usulku.
Jebran menggelengkan kepalanya, "Jangan, aku bisa pergi ke sana! Sebaiknya kau lakukan hal lain," usulnya.
Namun, aku melihat raut curiga dari Jebran yang seakan menolak ajakanku. Akan tetapi, dalam hatiku mulai bergumam. "Aku tidak akan bisa berhenti, aku pasti akan mendatanginya."