Aku melempar sorotan dua bola mata ke arah Dilan, sedangkan bibirku mulai menggigit geram. Jawaban Arsenio seakan membuatku bangkit lebih jauh. Tadinya, aku berpikir untuk mencari tahu soal Sandiara yang sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari Jebran.
Tapi, kini aku malah mendapatkan jawaban yang serius dari Arsenio.
"Jadi, apa kau akan membantu kami untuk menangkap penjahat itu?" tanyaku penuh harap.
Arsenio hanya menatapku lurus dengan raut datarnya. Tanpa sebuah jawaban, aku membaca dari sebuah anggukan kecilnya.
Kurasa dia akan setuju dengan tujuan dari program baruku. Aku harus menemukan jawaban berikutnya lewat tempat yang sudah aku catat dalam daftar buku catatan.
Di antara pertemuan ini akhirnya berakhir begitu saja.
***
Di balik dinding bangunan perkantoran. Jebran menghentikan langkahnya hingga tertuju pada sebuah tanaman yang meneduhkan. Sosok Erik berdiri tegak di hadapannya dengan merunduk hormat.