Semilir angin menerpa dingin aura suasana pemandangan kota Tokyo yang begitu menawan. Walaupun salju menutupi sebagian bangunan menjadi putih, tetapi masih banyak yang terlihat mengagumkan dari sini.
Dari sebuah pandangan ke depannya, aku bersama Leo duduk berseberangan. Melihat sore yang semakin jauh dari perjalanan hidup. Lalu, berhenti di tepat sebuah tepi jalanan.
Tepat di halte berikutnya, yang akan menyusuri kami menuju apartemen. Dari sini, aku dan Leo kembali berjalan untuk kembali. Tidak ada kisah yang spesial hari ini dan kemarin.
Apalagi orang yang kami harapkan itu menjadi tanda kegelisahan di sisa kalbu. Perlahan-lahan ia mulai mengingat setelah kejadian yang menimpa dirinya. Akan tetapi, dia masih belum paham siapa dirinya dan orang yang ada di hadapannya.
"Jadi, lusa kau benar akan pulang?" tanya Leo penasaran.
Aku menggelengkan kepala, "Belum yakin. Ibuku melarang untuk pulang, kasihan Jebran jika harus dibiarkan sendirian di sini."