Situasi rumah sakit menjadi riuh ketika kedatangan komplotan orang tua paling heboh sedunia. Aku hanya menggeleng-geleng melihat aksi mereka.
"Ibu, Jebran akan tambah kebingungan ketika kalian terus mendesaknya," cegahku kepada ibu.
"Akh!" ringis Jebran sembari memegangi kepalanya.
Kini, tubuhnya mulai membungkuk, menahan dari rasa perih yang kian menusuk. Aku dan lainnya mencoba menarik ibu, bibi dan pamanku agar tidak mengacaukan Jebran yang sedang merintih.
"Ibu, jangan ganggu Jebran dulu!" kelitku.
Kami membawa ketiga orang tua ini agar menjauh lalu berdiam diri untuk mengawasi Jebran. Meskipun tidak ada yang bisa berpengaruh untuk membuatnya siap mengingat banyak hal.
Terlalu memaksakan untuk mendesaknya mengingat sesuatu akan membahayakan dirinya sendiri.
"Bibi, sebaiknya kita jangan ganggu dia dulu! Kita akan kembali untuk menjemputnya," tutur Feno membalas.