Dilan yang masih menuntun jalan untuk Yuna memasuki rumahnya. Di depan mata, berdiri seorang kakak perempuan yang telah menunggu kepulangannya. Sudah membaik, tetapi masih ada sisa debu yang tersisa di ujung dada.
"Dilan," lirih Sandiara.
"Kakak," sahut Dilan meraih tubuh sang kakak lalu memeluknya.
"Selamat Natal!" ucap Sandiara lirih.
"Kau bahkan pulang terlambat dari hari Lebaran, tetapi kita bisa berkumpul di tahun baru ini, bukan?" lanjut Sandiara mengendurkan dekapannya.
Melirik ke arah Dilan dan Yuna secara bergantian, sebatas senyuman yang telah menghilang oleh waktu dan lambaian angin. Seakan menghilang dari derasnya air hujan. Ketiganya pun melangkah masuk ke pintu utama.
Sandiara menepuk bahu Dilan, "Kau sudah kelihatan kurus, apa kau sering telat makan, ya?"
"Aku terlalu sibuk," sahut Dilan.