Wajahku seakan berbinar-binar menatap kedua raut bibi dan pamanku. Aku menaikkan alisku secara berulang-ulang kali. Tatapanku seakan meyakinkan pamanku untuk melakukan pernikahan keduanya.
"Apa? Menikah lagi??" keluh bibiku.
"Hm, apa aku salah?" sahutku memiringkan kepala.
"Emira, kenapa kau tega sekali kepada bibimu ini??" rintih bibiku memalsukan senyumannya.
"Tiidaaaak!!!" teriaknya.
Sontak, wajahku seolah-olah terangkat menjauh ketika bibiku berteriak keras hingga menjelajah ke seisi rumah. Pamanku mendekatiku sambil mendapatkan sebuah dukungan yang akan menghidupkan jiwa mudanya kembali.
Sambil memegang lenganku lalu berbisik, "Emira, kenapa kau tidak mengatakannya dari dulu?"
"Jordan!!" bentak bibiku mengubah raut wajahnya seakan menjadi seekor macan betina yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Grrr!