Genggaman tangan, mata tertutup, khusyuk merenung, berdoa dalam dada. Rona bertemu dengan keindahan pagi di hari ceria lagi bahagia. Siapa yang tidak pernah bahagia ketika semua umat manusia merayakan hari Lebaran mereka masing-masing.
Senyum di ujung bibir mekar hingga menunjukkan keindahan yang tiada duanya. Dari anak kecil hingga ke tua berkumpul pada sebuah bangunan yang memberikan wadah untuk sebuah permohonan.
Tiba-tiba semilir angin melambai perlahan di seluruh penglihatan. Perpisahan pun melambai-lambai setelah sepatah kata dari seorang pendeta tertua di kota Tokyo.
Kami melangkah menuju pintu keluar yang memperlihatkan suasana Lebaran yang sangat berbeda dan memiliki ciri khas sesuai suku budaya.
"Eh, kita pulang dulu ke rumah," ajak pamanku ke arahku dan Jebran.
"Kita semua berkumpul, setelah makan siang kita pergi ke suatu tempat, bagaimana?" usul ibuku.