Kabel berlampu, pohon Pinus, bohlam unik menggantung, bintang bercahaya, kado kecil, kado besar di lantai, kaos kaki, surat berwarna pink dan merah tua, rantai emas, patung Sinterklass di atasnya puncak pohon.
Tak lupa topi Sinterklass sudah di atas meja sebanyak empat biji.
Aku, ibu, bibi dan pamanku sudah berdiri tegak di depan pohon tersebut sambil bersedekap tangan.
"Akhirnya punggungku bisa diistirahatkan dengan lega," keluh pamanku membalikkan badannya.
"Hei, Emira! Telepon Jebran, tanyakan apa yang dilakukan olehnya? Dari semalam dia tidak muncul-muncul," keluh ibuku kembali menuju dapur.
"Baiklah," sahutku singkat menggerutu kecil.
"Aku mau mandi dulu," ucap bibiku dengan lesu.
Sementara itu, aku meraih ponsel milikku dari atas meja. Untuk mencari nama Jebran tidak perlu membuang waktu, tinggal tekan di akhir panggilan saja.
Lalu ….
Tut ….
Tut ….
("Jebran, kau di mana? Kami menunggumu hadir sejak tadi malam.")