Aku menarik tangan Yurika, lalu melirik Wilson dengan melempar pandangan agar dirinya menyingkir dari hadapan kami. Wilson malah bingung dengan permintaanku yang tanpa ucapan tersebut.
"Wilson, tunggu aku di lantai bawah," pintaku.
"Oh," sahut Wilson hendak menolak.
Namun, aku tak akan menunggu jawabannya, tetapi malah mengajak Yurika ke tempat yang lebih nyaman untuk berbicara.
"Emira, ke sana!" saran Yurika menunjuk kedai es kopi yang tak jauh dari mataku.
"Oke!" putusku.
Di ujung meja, hanya ada aku dan dirinya memegangi gelas plastik berisi es kopi. Aku menatap Yurika dengan pandangan menurun lagi menahan ucapanku.
Yurika memejamkan matanya sesaat, lalu membuka perlahan. Aku yang melihat gerak geriknya terlihat agak mencurigakan. Namun, aku tetap meyakinkan dirinya apa pun yang terjadi.
"Emira," ucap Yurika.
"Aku hanya ingin berterima kasih padamu, tapi …."
Dia menghentikan ucapannya, sedangkan mataku memintanya untuk melanjutkannya.
"Tapi??" resahku.