Aku menatap wajah Daichi yang begitu serius memperhatikan seluruh bergemingnya diriku. Tangannya masih memegangi lenganku tanpa berkedip, aku pun mengendurkan tanganku agar mengurangi perasaan tak nyaman.
Daichi memajukan langkahnya mendekatiku, tetapi tanganku menghentikan dirinya.
"Stop!" cegahku.
Daichi sontak menghentikan langkahnya sembari melirik tanganku seakan menutup jalan. Tangannya malah naik ke atas kepalaku, merapikan rambutku yang terlihat agak melengkung ke atas, mungkin karena pelarianku tadi.
"Kau terlihat kacau dengan rambutmu yang melengkung," sebutnya.
Aku yang masih mematung dengan ekspresi sengajanya, "O, aku memang terburu-buru," keluhku meringis. Tubuhku berbalik untuk meninggalkan posisi Daichi yang berdiam diri.
"Emira," panggilnya lagi.
Aku membalikkan tubuhku, "Ya," singkatku.
"Terima kasih," ucapnya tersenyum.
Aku melihat raut hangatnya dengan penuh pesona. Aku telah mengarahkan jalanku berdiri di luar dari Lorong.
"Emira!!"