[+_+]
Jam 10:00.
[+_+]
Istirahat pertama telan dimulai. Para murid bergegas untuk keluar dari kelas yang dipenuhi dengan materi mata-mata.
Di Kelas I Saintek B, Seth dan Rany keluar dari kelas untuk membeli makanan di kantin setelah mengikuti pelajaran.
Di kelas yang sama, seorang gadis yang duduk di depan meja guru. Ia dengan tenang dengan segala kondisi di kelas yang cukup ramai meskipun hanya 8 orang yang berada di kelas itu.
Ia keluar dari kelas dengan tenang dan mengikuti para murid yang lain. Pakaian akademi yang rapi dengan aksesoris yang menempel di tubuhnya.
Gelang yang menempel di tangannya, dan tubuh gadis yang ramping. Rambut pirang warna kuning terurai sampai di punggung. Mata hijau zamrud tertuju pada hiruk pikuk akademi mata-mata.
Ia pun bergegas menuju kantin karena tidak membawa bekal dari rumahnya. Meskipun ia bisa memasak, ia tidak memiliki waktu untuk membuat masakan yang lezat.
Namun, seseorang yang menghampirinya dengan membuat tugas yang cukup berat bagi siswa yang lain.
"Rina Anvela."
Rina menoleh ke belakang dengan senyuman dan menyapa,"Halo. Ada yang bisa dibantu?"
"Sebelum ke kantin, tolong sampaikan kode ini ke komputer! Nanti, pihak sekolah akan menyambungkan kode ini ke komputer untuk diupgrade lebih lanjut."
Rina menerima chip yang berisi dengan kode. "Baiklah! Aku akan ke sana."
Rina meninggalkan seseorang itu dengan santai. Ia menunda ke kantin untuk mematuhi perintah seorang guru.
Ini cukup sulit bagi siswa yan lain ketika menyampaikan sebuah kode ke komputer.
Setibanya di lab komputer, ia menghampiri ke pusat komputer itu dan memasukkan kode ke dalam komputer itu. Ini membutuhkan 20 menit karena harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu melalui software maupun hardware.
Ia menyelesaikan dengan mudah. Sebagian murid tidak bisa menjalankan tugas seperti Rina. Hanya dengan memenuhi Atribut Keahlian, tugas itu terjalankan dengan sempurna.
Langkah kakinya meninggalkan lab komputer setelah menutup pintu lab tanpa menguncinya. Dengan perasaan lega, ia pun bergegas untuk ke kantin dan membayar sejumlah uang kertas.
"Yosh! Sekarang, ke kantin. ku sudah tidak sabar mencoba makanan yang enak di sana."
Sesampainya di kantin, ia memesan sebuah sup kaldu ayam dan menunggu pesanan di meja yang ia tuju.
Ketika duduk sendirian di meja 6, ia dihampiri oleh pasangan sejoli yang baru berhubungan. Mereka duduk berhadapan dengan Rina.
"Ada yang bisa dibantu?"
"Ini meja berapa?" Tanya lelaki itu.
"Ini meja 6," jawab Rina.
"Ini meja 9. Apa kau tidak bisa melihat meja yang mana?" Lelaki itu menunjukkan nomor meja.
"Eh?! Tidak! Aku tidak salah. Ini meja 6."
"Jangan bodoh! Aku tidak salah dalam penglihatanku." Lelaki itu menyudutkan Rina.
"Ano. Aku mau bilang bahwa ini ... " Gadis di samping lelaki itu mencoba untuk menyampaikan sesuatu.
"Mohon maaf! Aku tidak salah, kok." Rina menegaskan dengan santai.
"Meja sembilan. Ini 2 teh hijau dengan 2 omelette." Pelayan kantin memberikan pesan pada kedua pasangan sejoli.
"Mohon maaf! Ini meja berapa yah?"
"Ini meja sembilan." Pelayan kantin menjawab dengan benar.
"Eh?! Lalu, meja enam mana?! Bukankah ini ada meja enam?" Tanya Rina menahan sesuatu.
"Meja enam ada di sana. Sudah ada pesanan sup kaldu ayam. Tapi, orangnya tidak ada. Jadi, ditinggalkan begitu saja," lanjut pelayan kantin.
"Itu pesananku! Mohon maaf!" Rina bergegas meninggalkan meja 9 dan menuju ke meja 6.
Rina mengambil pesanan di meja 6. Tapi, ia malah kembali ke meja sembilan karena suatu alasan yang sepele.
"Aku lupa! Aku tidak memesan minuman." Rina mengeluarkan air mata dan membanjiri pipinya.
Lelaki itu menepuk dahinya. Rambut merah dipegang oleh telapak tangan. Gadis di sebelahnya hanya terkekeh dengan kecerobohan Rina.
"Heh! Aku malah kasihan dengan orang sepertimu."
"Mohon maaf! Aku memang pelupa." Rina lupa sesuatu.
"Ano. Kalau tidak keberatan, aku memesan teh hijau untukmu!" Gadis berambut merah itu bergegas untuk meninggalkan meja nomor 9 untuk memesan sesuatu pada Rina.
"Tidak usah repot-repot! Aku bisa membelinya di mesin otomatis." Rina mencegah gadis berambut merah itu pergi.
"Oi! Cepatlah! Sebelum makanan menjadi dingin, aku tidak akan tanggung jawab!" Lelaki itu memakan omelet dengan sendok.
Mereka makan tanpa obrolan sekalipun. Alat makan yang mereka pegang mengambil sepotong makanan dan mengarhkan pada mulut mereka. Kemudian, dengan kesunyian itu, Rina memulai percakapan.
"Bo-Bolehkan aku tahu namamu? Aku pernah melihatmu sebelumnya." Rina memulai percakapan.
"Boleh. Tunggu sebentar!" Gadis itu menerima dengan senang hati
"Tidak usah repot-repot! Kau hanya perlu mencarinya di administrasi kelas. Tapi, kalau kamu meretas identitasku, aku akan melaporkanmu ke polisi."
"Seto-kun! Jangan begitu! Aku tidak keberatan, kok." Gadis itu menegur lelaki itu.
"Lihatlah!" Gadis itu memperlihatkan sebuah tanda pengenal pada Rina.
__________|
[Nama : Rany Shepard]
[Kelas : I Saintek B]
[Atribut : Mata-Mata Spesialis Nol.]
[Status : Nol]
__________|
"Terserah kau saja!" Lelaki itu pasrah dan menunjukkan kartu tanda pengenalnya.
__________|
[Nama : Seth Arslan]
[Kelas : I Saintek B]
[Atribut : Mata-Mata Spesialis Kecerdasan]
[Status : Berkembang Tingkat 1]
__________|
Status dalam pengenalan tersebut adalah sebuah perkembangan yang dicapai para murid akademi setelah menjalani ujian.
Jika ada berkembang di tingkat 1, berarti ia sudah menjalani ujian terlebih dahulu.
"Seth dan Rany, yah?! Kalau begitu, silahkan lihat punyaku!"
__________|
{Profile Kewanitaan}
[Nama : Rina Anvelia]
[Orang tua >>]
>>[Ibu : Miyana Anvela]
>>[Ayah : Crithe Anvela]
[Tinggi Badan : 161]
[Berat Badan : 62]
[BWH : 96-62-92]
[Status : Perawan dan Sempit]
__________|
"Apa ini? Kenapa aku peduli dengan tubuhmu?" Tanya Seth melihat data mengenai tubuh Rina.
"Aku ... tidak bisa melihat. Tidak!" Rany menutup matanya.
"Kya!! Salah! Bukan yang ini! Aduh! Yang aman yah?!" Rina mencari data mengenai data pengenal.
"Ini!" Seth memperlihatkan data yang benar.
__________|
[Nama : Rina Anvela]
[Kelas : I Saintek B]
[Atribut : Mata-Mata Spesialis Keahlian]
[Status : Nol]
__________|
"Terima kasih, Seth!" Mata Rina menjadi berkaca-kaca.
"Ayo makan! Aku harus ke kelas sekarang!" Seth beralih dengan omeletnya.
"Umu." Rany mengikuti Seth.
Mereka pun makan dan mengabaikan obrolan yang tidka perlu. Setelah mereka menghabiskan makananya, Seth menerima semua piring kotor kepada Rany dan Rina lalu menyerahkannya pada pegawai kantin.
Seth berjalan sendirian dan meninggalkan kantin. Ia pun bergegas menuju ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
[({--)}]
[+_+]
Jam 12:00.
[+_+]
Pelajaran akademi telah berakhir. Seth dan Rany bergegas untuk meninggalkan kelas begitu para guru sudah memberikan pelajaran pada para murid Kelas I Saintek B.
Seth terlihat terburu-buru membereskan alat tulis kantornya. Mata Rany tertuju para Seth sambil bertanya sesuatu.
"Seto-kun! kamu mau kemana?"
"Aku mau ke toilet dulu. Kau pulang saja duluan."
"Baiklah!" Meskipun begitu, Rany tetap menerimanya.
Seth meninggalkan Rany Langkah kaki Seth berlawanan dengan langkah kaki murid lainnya. Ia tidak terburu-buru dan berusaha tenang di akademi tanpa membahas yang tidak penting.
Mungkin ia mencoba untuk bernafas terlebih dahulu.
Setelah sampai di toilet pria, ia tertuju pada sebuah cermin dengan westafel yang menyatu.
Namun, ada seorang gadis melihat Seth mencuci wajahnya. Wajahnya berubah menjadi merah karena ia berpikir Seth masuk ke dalam toilet wanita
"Seth! Sedang apa kau disini?! Ini toilet wanita!"
"Ka-Kalau kamu datang untukku, aku .... " Wajah Rina semakin memerah.
"Aku lupa! Aku lupa cincin merahku! Bagaimana ini! Kalau ada orang yang melihatku seperti ini, aku pasti akan ...." Rina menjadi panik.
"Tch! Aku akan mencarinya. Tunggu di luar!"
"Ba-Baiklah!"
Rina keluar dari toilet pria dan Seth mencari cincin merah. Rina menunggu di luar sambil melirik sejenak di sekitar kamar mandi pria.
Setelah menemukan cincin dalam warna merah, Seth keluar dengan tegak lalu memberikan cincin merah pada Rina.
"Ini punyamu. Jangan berpikir aku menolong kecerobohanmu lagi!"
Seth memberikan cincin merah pada Rina. Tatapan cueknya terlihat seperti CEO Dingin.
Rina menjadi lebih baik. Karena sudah menggunakan toilet pria, ia lupa mengenakan cincin merahnya. Alhasil, cincin merah itu tertinggal di dalam kloset.
"Terima kasih! Aku tidak akan melupakan jasamu!"
"Kalau sudah selesai, pulanglah! Aku tidak mau berurusan dengan gadis aneh sepertimu."
Rina mencegah Seth pulang. Rengekan gadis berambut pirang tidak kalah dengan anak kecil.
"Eh?! Kenapa? Tidak mau! Padahal, kamu ...."
"Ada apa dengan gadis ini?" Tanya Seth dalam hatinya.
"Karena aku memang ceroboh dan pelupa, kamu harus tanggung jawab!" Cetus Rina menunjuk Seth.
"Kenapa aku harus tanggung jawab? Salah sendiri, orang lain dicela. Aku tidak pernah mengerti apa yang kau katakan."
Seth berpaling dari Rina. Rina masih kesal dan memaksa Seth untuk menatap wajahnya.
"Seth-kun! Kau juga tidak peduli dengan orang lain. Setidaknya, kau harus menjadi lelaki sejati."
Seth menyerah. Ia harus melakukan sesuatu agar Rina menjauhi Seth.
"Dasar Gadis Bodoh! Kalau kau bertemu dengan orang yang mesum, kau pasti diperlakukan dengan buruk. Setelah itu, kau malah menjadi Janda Tidak Bersalah lalu menjalani kehidupan yang menyedihkan."
Rina mengucurkan air matanya. Panggilan itu membuat harga diri Rina turun drastis.
"Seth-kun jahat! Kau memanggilku Janda Tidak Bersalah."
Seth menghela nafas dan berpaling dari Rina.
"Baiklah! Kau boleh pulang denganku. Tapi, hari ini saja."
"Benarkah?!" Tanya Rina mengubah wajahnya menjadi semangat.
"Iya. Tapi, harus cepat! Aku tidak mau butuh waktu yang lama."
Rina menjadi senang. Seth membelakangi tubuh Rina lalu langkah mereka menjadi sama.
Akhirnya, Rina dan Seth pulang bersama. Mereka meninggalkan akademi dan melupakan kejadian yang memalukan itu.
Di tengah perjalanan Seth dan Rina berpisah. Mereka tidak sempat bertukar kontak ponsel mereka di Aplikasi TyErt, aplikasi ponsel yang digunakan untuk komunikasi.
Seth tiba di apartemen miliknya lalu memutuskan untuk berbaring di ranjang untuk mengisi tenaganya.
Setelah itu, Seth kembali menjalani aktivitas mandiri di apartemen pada sore hari.