Chereads / Seth Arslan : Modern Spy / Chapter 2 - 2. [Seth Arslan] : Hari Pertama

Chapter 2 - 2. [Seth Arslan] : Hari Pertama

1 September 518, jam 07:00, sebuah kota yang berjalan seperti biasanya. Kota itu memiliki pemerintahan yang cukup baik mengingat ia merupakan kerajaan terkuat.

Bangunan yang mewah dan menyimpan beberapa rahasia di dalamnya. Istana yang kokoh yang menandakan kekuasaan yang absolut.

Banyak bangunan pencakar langit yang tidak kalah menarik perhatian. Perusahaan dan pemerintahan memiliki wewenang untuk membangun gedung pencakar langit.

Tidak cukup disitu, sebuah akademi yang terpandang dibangun pada tahun 450. Bangunan akademi terlihat tua dan mewah. Banyak ornamen yang terpasang di berbagai tempat.

Bunga Lotus yang dominasi dan menjadi taman tersendiri bagi akademi tersebut. Serbuk yang harum menghiasi akademi untuk membangkitkan iri dan dengki dari bangunan lain.

Akademi itu bernama, Akademi Mata-Mata Eresha. Akademi yang Akademi tersebut memiliki 24 kelas dengan banyak fasilitas akademi yang lengkap. Hanya Kerajaan Elesha yang diperbolehkan untuk mengikuti akademi itu.

Akademi itu memiliki sebuah sistem sekolah yang cukup rumit. Tidak semua orang bisa masuk ke dalam akademi ini. Mereka harus mengikuti tes yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Dari 1000 peserta yang mengikuti tes masuk akademi itu, hanya 1-9 orang yang lolos. Dengan kata lain, hanya 0,001-0,009% orang yang lolos. Kriteria ujian sendiri adalah kecerdasan, keahlian, dan kekuatan

Sistem berikutnya adalah sistem level pada game RPG. Ini mirip dengan permainan game RPG pada umumnya. Namun, sistem RPG itu digunakan untuk memeriksa perkembangan siswa dan siswi.

Ada kategori kemampuan dalam sistem itu. Pertama, Mata-Mata Spesialis Kekuatan, Mata-Mata Spesialis Keahlian, dan Mata-Mata Spesialis Kecerdasan.

Mata-Mata Spesialis Kekuatan merupakan mata-mata yang menggunakan kekuatan otot dan beladiri untuk melawan musuh dan melindungi target dari marabahaya. Ini cocok untuk menjaga keamanan.

Mata-Mata Spesialis Keahlian merupakan mata-mata yang menggunakan senjata, teknisi mesin, dan alat lainnya untuk menunjang misi dan mendukung mata-mata untuk menjalankan misi.

Mata-Mata Spesialis Kecerdasan merupakan mata-mata yang menggunakan kecerdasan untuk mencari data dan informasi untuk mengetahui rencana dan misi lawan.

Jika ada siswa yang mendapatkan 2 kemampuan, mereka harus memilih satu kemampuan itu dan menjadikan kemampuan yang lainnya sebagai kemampuan sekunder.

Seseorang yang mendapatkan bakat semua kemampuan itu, ia akan dijuluki "All Star Spy". Konon, hanya satu orang dari Benua Irish yang mendapatkan julukan itu.

Level E, D, C, B, dan A. Level itu adalah sistem yang digunakan siswa dan siswi untuk mengukur kemampuan dalam mata-mata untuk melawan organisasi Red Devil.

Setelah mengetahui informasi Red Devil yang terbongkar, baru para milter yang akan melakukan aksi untuk menghentikan Red Devil.

Terdapat 4 kelas Saintek dan 4 kelas Soshum. Pemilihan itu diatur secara acak. Tidak ada maksud tertentu seperti derajat. Ini digunakan secara acak.

Selain itu, ada 10 Klub yang berdiri untuk prioritas akademi. Klub Programmer, Klub Olahraga, Klub Akademi (OSIS), Klub Teater, Klub Olahraga, Klub Ilmuwan, Klub Elite (Pemerintahan), dan Klub Militer.

Total siswa yang menampung akademi itu tidak diketahui. Satu kelas ada yang berisi 10 orang dan ada satu kelas yang berisi 7 orang. Tergantung dari pendaftaran itu.

Disinilah, kisah seorang siswa yang bernama Seth Arslan, akan dimulai.

[+_+]

Jam 07:17

[+_+]

Di sebuah kerumunan yang penuh dengan kesibukan. Orang dewasa keluar dari sarang untuk bekerja pada hari itu. Setelah libur panjang, mereka kembali bekerja untuk memperoleh upah bulanan.

Seorang siswa yang berada di tengah kerumunan hanya mengikuti arus dari kerumunan itu. Langkah kaki yang selaras dengan orang lain.

Pakaian yang rapi dengan lencana akademi yang terikat di kerah bajunya. Rompi akademi yang dikenakan bermotif bunga Lotus dan pakaian akademi yang rapi.

Timbullah sebuah gosip yang tidak banyak terlihat. Para ibu-ibu yang pergi ke pasar melirik siswa itu dengan penuh cibiran.

"Wah! Ini yang namanya siswa akademi? Pintar sekali!"

"Iya. Sepertinya dia sudah lulus ujian yang sulit itu."

"Eh?! Benarkah?"

"Iya. Bimbingan belajar tidak cukup. Harus cari peluang jiga."

"Seandainya, aku bisa memasukkan anakku ke akademi itu."

Siswa itu cuek dengan obrolan itu. Ia harus pergi ke akademi secepatnya agar dia tidak menjadi buah bibir.

[+_+]

Jam 07:34.

[+_+]

Siswa itu sampai di gerbang yang besar bersama siswa dan siswi yang lain. Tidak ada kendaraan yang melalui jalan itu karena para panitia sudah mengalihkan jalan lalu lintas.

Pakaian pria adalah rompi motif bunga Lotus dengan baju putih yang diselipkan dengan atribut akademi. Mereka juga mengenakan celana panjang bewarna hitam.

Sedangkan pakaian wanita sama seperti pakaian pria. Hanya saja, mereka mengenakan rok pendek berwarna putih.

Ini pertama kalinya ia menuju ke sana. Meskipun ia membencinya, ia tetap menuju ke sana. Wajahnya tidak menoleh kemanapun. Hanya ke depan dan belum ada yang lain.

Sebelum masuk ke dalam akademi, para panitia upacara siswa baru memberikan arahan agar mereka bisa mengenal pada lingkungan akademi.

Seorang gadis dengan semangat dan mengenakan lencana Klub Akademi memberikan pengumuman pada siswa baru.

"Diharapkan para siswa dan siswi baru, dipersilahkan untuk menuju ke ruang aula. Jangan sampai kamu tersesat di jalan yang lurus! Nanti, kami akan menemanimu ke sana."

"Diulangi ...."

Semua siswa dan siswi baru diarahkan ke ruangan aula untuk mengikuti upacara siswa baru. Tak terkecuali dengan siswa itu. Ia mengikuti arahan orang lain tanpa pikir panjang.

Tak lama kemudian, seorang di dalam bayangan menghentikan siswa itu.

"Set Watcher : Slow!"

Waktu menjadi melambat. Aktivitas semua siswa dan siswi yang berada di akademi menjadi melambat, kecuali siswa itu.

Siswa itu merasakan hal yang aneh. Waktu yang lambat mencegahnya untuk masuk ke aula.

Alhasil, dia berada dalam waktu yang lambat itu.

Tingggi badan yang normal seperti anak SMA, alisnya terdiam. Kulit berkeringat, bola mata turquoise bergerak. Langkah kakinya terhenti dan badannya tidak berbalik sekalipun.

Seorang bayangan itu menoleh dengan langkah sepatu hak tinggi yang menyentuh lantai. Kacamata baca yang selalu ia kenakan agar memperjelas pandangan.

"Seth Arslan! Aku menemukanmu di kelas ini. Sepertinya kamu datang kesini."

Bayangan itu memanggil namanya. Seth masih belum menoleh ke arah bayangan itu. Rasa acuhnya cukup bijak terhadap bayangan itu.

"Kepala Sekolah, tidak, Vania Verecia. Ada apa?" Tanya Seth dengan wajah yang acuh.

"Tidak kusangka ada orang yang cuek disini."

"Untuk apa kamu memperlambat waktu?"

Vania mulai akrab dengan Seth. Wanita yang memiliki postur tubuh yang ramping

"Jahatnya! Harusnya kamu menyapa Oneesan sepertiku!"

"Cepat ubah kembali! Kalau kamu memakai kekuatan itu lagi, aku takkan melihatmu lagi.*

"Dingin sekali! Padahal, aku mau menyambutmu."

"Set Watcher : Normal!"

Vania pun menghilang. Waktu berjalan seperti sedia kala. Namun, tidak lupa Seth berjalan lagi agar tidak membuang waktunya.

[+_+]

Jam 08:20, di ruang aula.

[+_+]

Upacara dimulai. Para siswa dan siswi yang jumlahnya sedikit karena seleksi yang cukup ketat itu. Mereka duduk di kursi yang disediakan. Tidak ada yang mengobrol. Mereka hanya fokus kepada pidato kepala sekolah.

Sekitar 30 orang siswa dan siswi duduk di sana.

Setelah mendengar pidato kepala sekolah itu, mereka bertepuk tangan dan

Jam analog menunjukkan pukul 09:00. Mereka keluar dari aula setelah menyanyikan lagu akademi dan mencari kelas yang cocok untuk mereka.

Semua kelas sudah dibagi rata. Hanya saja, mereka harus mencari kelas mereka dengan panduan panitia akademi.

[({--)}]

Seth Arslan Point of View

Upacara perkenalan siswa baru sudah selesai. Aku juga sudah mendapatkan petunjuk yang baik berkat panitia akademi. Kami masih belum belajar. Hanya menunggu waktu hingga besok sebelum memulai pelajaran.

Setidaknya, aku bisa sendirian disini, tanpa diganggu oleh Vania-neesan.

Untuk melupakan kejadian itu, aku memutuskan untuk menatap langit yang indah dari jendela. Rasanya cerah meskipun ini musim gugur, 2 bulan lagi menuju musim dingin.

"Untung aku memilih bangku ini. Aku tidak mau berada di sana," batinku masih terdiam dengan bangku di sebelahku.

Tidak ada pilihan lain. Aku harus menunggu beberapa saat sebelum guru datang untuk menjadi wali kelas.

Hanya 8 bangku kursi yang disatikan dengan meja tersedia di kelas ini. Aku berada di belakang dekat jendela. Itu di sebelah kiri.

Setelah menunggu beberapa saat, seorang guru datang kemari, para siswa dan siswi kembali duduk dengan cepat demi kesopanan mereka.

Ada seorang guru yang berbadan besar disertai dengan kulit hitam. Tak ada sehelai rambut yang tumbuh, hanya sebuah julukan.

"Yo, anak-anak! Aku melihat wajah kalian hati ini. Bisakah kita memperkenalkan diri? Namaku adalah Mr Larc Miech."

"Iya, Pak."

"Baiklah! Sebelum memperkenalkan diri, ada yang bernama Seth Arslan disini?" Tanyanya.

Aku terpanggil dengan nama yang diucapkan oleh guru itu. Aku melambaikan tangan pada Pak Laec.

"Ya. Ada apa?" Tanyaku dengan ketus.

"Kamu dipanggil ke ruang kepala sekolah. Dia ingin memberikan ujian padamu terlebih dahulu," jawabnya dengan ramah.

"Sial! Vania-neesan lagi! Selalu saja," batinku kesal sambil mengepalkan tangan dengan ringan.

"Iya. Aku pergi dulu."

Aku meninggalkan kelas tanpa menoleh ke Pak Larc. Mereka hanya menyangka bahu mereka.

Di lorong akademi, aku menghela nafas untuk menahan kekesalanku. Tidak ada habisnya, Vania-neesan menggangguku. Entah apa motif yang ia keluarkan kali ini. Tapi, aku ingin menyelesaikan semua ini agar aku bisa kembali ke kelasku.

"Apalagi? Heh, sudahlah! Aku harus menyesuaikan semuanya."

Begitu aku sampai di ruangannya, aku mengetuk pintunya. Sinyal itu mengirim ke arah ruangan yang di dalamnya. Suara balasan itu terbalaskan dan menghampiri Seth melalui kode.

"Masuklah!"

Aku dengan cepat membuka pintunya dan masuk dengan cepat. Tidak tanggung-tanggung, aku masuk tanpa melihat aksesoris di ruangan kepala sekolah.

Aku hanya memandang satu titik dengan tingkat kefokusan yang tinggi untuk memperjelas tujuannya.

Itu adalah Vania-neesan, seorang kakak yang selalu menjahili ku.