"Enggak sayang, aku enggak capek kok. Ya! Mau, ya!" wajah memelas menjadi senjata terampuh untuk menjinakkan keras kepalanya Arvin.
Arvin melihat Alara sekilas, lalu mengangguk. "Yea, terima kasih sayang!" Zemira langsung mencium pipi Arvin penuh cinta.
Arvin memang tidak akan pernah bisa menolak permintaan Zemira, walau pun hatinya ingin sekali menolak. Dengan berat hati, Arvin pun menuju kamar untuk mandi dan mengganti pakaian. "Alara! Tunggu kami, ya!" Alara hanya mengangguk.
Dia menunggu di ruang tamu. "Kenapa mereka harus ikut sih? Kan aku yang ingin pergi agar terhindar dari mereka. Eh malah diintilin sekarang," gerutu Alara sebal.
Cukup lama Alara menunggu, kini keduanya muncul dengan bergandengan tangan seperti biasa. Mereka bahkan tidak memikirkan bagaimana kemelut hati Alara saat melihat kemesraan keduanya.
"Alara!" Yang dipanggil langsung menghadap ke asal suara. "Iya, Mbak!"
