"Lo niat mau nolong gak, sih? Pake ngomel-ngomel segala. Lagian lo jahat banget, ngedoain gue yang jelek-jelek."
Dania memutar bola matanya malas dan meletakkan sendoknya ke atas piring. "Masih syukur gue tolongin. Kalau enggak, mungkin lo udah mati."
Fayez hanya mampu menggeram kesal tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Dah ah, gue mau balik ke kelas," kata Dania yang sudah beranjak.
"Eh, tunggu! Lo udah bayar makanannya belum?."
"Udah. Lo tanya aja sama abang-abangnya." Dania pergi meninggalkan Fayez tanpa menoleh kembali pada laki-laki itu.
"Lucu juga dia kalau lagi marah," gumam Fayez yang ikut merapikan diri dan pergi dari kantin.
"Fayez!." Belum terhitung lima langkah ia berjalan, namun seseorang membuatnya kembali membalikan tubuh.
"Lo manggil gue?," tanya Fayez pada seorang gadis yang berdiri di depannya saat ini.
"Iya. Gue mau ngasih ini buat lo." Fayez menerima sebuah kertas putih yang sudah dilipat serapi mungkin dan hendak membukanya.