Agus masih tidak menyerah. Keesokan harinya dia kembali mendatangi Irish dengan tujuan yang sama, yaitu berusaha untuk menyatakan isi hatinya.
Laki-laki itu sudah berada di depan pintu kelas dua belas IPS tiga. Dia masih berdiri dan menunggu kedatangan si gadis pujaan.
Suasana sekolah masih terlihat sepi. Agus, demi mendapatkan cintanya rela datang lebih awal seperti kemarin. Laki-laki itu melirik jam yang melingkar di tangannya, biasanya Irish akan tiba pada pukul enam lebih lima belas menit dan hanya tersisa dua menit lagi.
Agus mengembuskan napas dari mulutnya. "Kenapa gue jadi gugup gini, ya? Padahal kalau soal deketin dan nembak cewek mah, gue udah biasa," ucapnya bermonolog.
Dua menit berlalu. Agus menoleh ke arah kanan dan terlihat Irish tengah berjalan ke arah kelas, sembari memainkan ponsel.
Gadis itu tidak menyadari bahwa ada seorang lelaki yang sangat ia hindari tengah menunggu.
"Hai, Irish."