"Mon, kenapa nggak lo bilang aja, kalau mata-mata di sekolah kita itu Arinka?"
"Belum saatnya. Gue punya rencana lain buat cewek itu," kilah Temon. Ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Santi. Bisa-bisa gadis itu akan bergerak sendiri dan memperlakukan Arinka seenaknya sendiri.
"Bukan karena lo masih suka sama dia?"
Temon terdiam. Lelaki itu hanya melirik Santi sekilas dan beranjak untuk kembali ke sekolah. Jarak dari markas pribadi ke SMA Garuda hanya beberapa meter saja, bahkan bisa dibilang hanya lima langkah.
Santi tersenyum kecut. Ia bisa membaca dari sorot mata Temon, seberapa besar lelaki itu menyukai Arinka. Sama dengan Temon, Santi juga tidak akan membiarkan perjodohan Hendra dengan gadis Pelita Jaya itu.
"Kalau lo masih sayang, gimana mungkin bisa lo balas dendam sama dia?"
"Gue udah nggak ada perasaan apa-apa sama Arinka."