"Sis, lo baik-baik aja, kan?" tanya Dania sedikit cemas.
"Gue kesel, Dan. Kenapa Galang nggak nyamperin gue, kayak Fayez?"
Dania mengusap bahu Siska pelan. "Lo jangan iri, Siska. Galang pasti sibuk belajar. Si Fayez juga nggak tahu, bisa keluar kelas karena alasan apa. Lo jangan pernah iri sama cowok lain. Galang itu udah lakuin yang terbaik buat lo."
Dania benar. Ia tidak boleh membandingkan Galang dengan laki-laki lain. Karena bagaimana pun juga, lelaki itu sudah berkorban banyak untuknya.
Siska jadi teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Tengah malam, Siska merasa sangat lapar, namun tidak ada makanan yang tersisa di dapur.
Gadis itu sengaja memberitahu Galang, untuk melihat reaksi lelaki itu seperti apa. Namun lima belas menit kemudian, Galang memberitahu bahwa ia sudah berada di depan rumahnya.