Novita dengan wajah arogan berjalan menyusuri koridor salah satu perusahaan besar di kotanya.
Yaitu perusahaan milik keluarga Ghazali. Wanita itu sudah mendengar berita tentang Haris yang meminta suntikan dana sekaligus untuk menggantikan posisinya sebagai pemegang saham terbesar kepada Aksadana Corporation.
Saat mendengar berita itu, tentu saja Novita marah dan lengsung mendatangi peruasahaan yang di pimpin oleh pemiliknya, yaitu Haris Rahman Ghazali atau yang akrab di panggil Haris Ghazali.
"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita yang di perkirakan adalah sekretaris Haris.
"Saya ingin bertemu dengan atasan anda"
"Maaf, Bu, tapi pak Haris sedang sibuk"
Novita memalingkan wajah tidak peduli. Ia membuka pintu yang bertuliskan direktur utama itu dengan tidak sopan.
"Ada apa, Ibu Novita yang terhormat?"
Novita menyunggingkan senyum sinis. "Jadi benar, kamu meminta suntikan dana kepada Aksadana Corp?"