Pagi berikutnya....
Lu Jingyi bangun, mengerutkan keningnya sambil mengingat kejadian semalam. Dia baru selesai menghadiri pertemuan, hanya saja ketika dia berjalan di lorong hotel tiba tiba ada yang menikamnya dengan pisau. Lengan tangannya terluka, lalu dia di hadang oleh 5 orang. Perkelahian pun tidak bisa dihindari. 1 vs 5 tidak mungkin dia bisa menang apalagi tangannya sudah terluka.
Lu Jingyi berlari, masuk lift menekan setiap nomer, keluar lalu memasuki lift yang lain. hingga sampai di lantai 17 dia keluar lift dan berlari mencari cari kamar hotel yang tidak di kunci. Setiap pintu di ketuk dan mencoba di buka.
Sangat kelelahan, tapi tidak berhenti berjuang mencari, karena dia mendengar langkah kaki banyak sedang berlari di lantai yang sama. Akhirnya Lu Jingyi melihat kamar yang terbuka, tanpa ragu ragu dia langsung masuk dan menguncinya langsung.
Hanya saja ruangannya gelap, Lu Jingyi bersandar di pintu mengatur nafas.
Ting.....
lampu ruangan menyala.
"siapa?" suara wanita terdengar lembut.
Lu Jingyi mendongak, melihat itu dia langsung terpesona di dalam hatinya. Wanita itu sangat cantik, wajahnya oval, matanya sangat jernih, hidung mancung, dan alis melengkung, rambutnya panjang bergelombang sampai pinggang. Kecantikan di atas rata rata.
"tolong" Lu Jingyi berkata dengan lirih, dia sudah sangat kelelahan.
...
Liu Yanran mengernyitkan dahinya ketika melihat darah menetes di atas lantai, matanya beralih ke pria yang duduk di depan pintu.
"kamu duduknya jangan di depan pintu" Liu Yanran menunjuk sofa, menyuruh pria itu pindah ke sana.
Walau lemas Lu Jingyi bangkit dan pindah. Liu Yanran berbalik dan mengambil handuk basah dari kamar mandi, berjalan keluar kamar hotel, dan buru buru mengelap darah yang menetes di lorong lantai hotel.
Setelah selesai Liu Yanran masuk kamar hotel lagi, mengambil kotak obat. Menghampiri pria itu "lepas bajunya!".
Lu Jingyi melepas bajunya, memperlihatkan luka di lengannya. Dia menoleh ke samping ketika Liu Yanran meraih tangannya dan membersihkan luka itu dengan alcohol, menambahkan obat merah dan membalut luka dengan kasa.
Melihat wajah yang serius itu, jantungnya berdegup kencang, pipinya samar samar seperti terbakar.
"sudah selesai" Liu Yanran menutup kotak obat.
"kurasa mereka masih di depan, bersembunyi dulu di dalam kamar. Aku akan menangani mereka".
"iya" Lu Jingyi berjalan ke tempat tidur. Karena kelelahan akhirnya dia pun tertidur sampai pagi.
....
"tok tok tok..." suara ketukan pintu terdengar. Lu Jingyi tersadar dari lamunannya.
"masuk".
Liu Yanran berjalan masuk membawa nampan berisi bubur. "ternyata sudah bangun. Ini silahkan makan".
Lu Jingyi pun menerimanya, ketika melihat bubur itu didalam hatinya ("wah, kelihatannya enak nih!"). Lu Jingyi langsung memakannya ketika suapan pertama...
"bagaimana rasanya" Liu Yanran penasaran, dia baru pertama kali memasak.
"enak" Lu Jingyi berkata, dan langsung menghabiskan buburnya. ("padahal sangat asin") tapi dia tidak ingin mengatakannya, ketika melihat ekspresinya yang semangat.
....
Sinar matahari masuk ke sela sela kamar, menyinari mereka berdua yang sedang berdiri di balkon melihat pemandangan laut, Lu Jingyi menatapnya.
"Ranran!"
"iya" Liu Yanran balas menatapnya, ada jeda di antara mereka.
"Lama tidak berjumpa" Lu Jingyi menampilkan senyum konyol dengan wajah pucatnya.
"iya sudah 5 tahun. Ooh ya 1 minggu lagi acara tunangan ku. Akankah kau hadir?". Liu Yanran menghela nafas.
"tentu saja. Karena kau telah mengundangku, aku pasti akan menghadirinya".