Chapter III : Kedatangan Putra Raja di Markoron
Terlihat jelas tak terlihat baik Wilayah Markoron, dari Pintu masuk terlihat kumuh, para penjaga memakai pakaian seadanya, rumah rumah terlihat tua dan jorok di sepanjang jalan, tak ada pendidikan.
' jika terus seperti ini wilayah seperti Zendith di Selatan dan wilayah Zenkim di Utara akan terkena dampak' ucapku dalam hati sembari melihat orang orang dengan baju lusuh berjalan.
Sebelum sampai Istana Markoron, aku melihat wajah yang tak asing, wanita yang membuat hatiku sampai sekarang tak bisa melupakannya, wanita yang kutemui Lima Tahun lalu. Dia adalah Lucy.
" Lucy." Ucapku memanggilnya.
Sempat bingung sebelum akhirnya dia mendekat dan merasa shock.
" Bersikap biasa saja, aku kenal dengannya, kurangi kewaspadaan kalian" ucapku pada tentara, agar sesuatu yang tak menyenangkan tidak terjadi.
"Baik, Tuan Muda."
Lucy semakin mendekat dan mulai menangis, entah mengapa hatiku merasakan pedih yang sama berbalut rindu yang ku tahan selama 5 Tahun ini.
Lalu kami berpelukan, ku merasakan air mata membasahi Bajuku.
" Sudah hapus air matamu, seperti janji yang dulu aku buat, aku datang kesini untuk memperbaiki wilayah ini."
"Iya rain aku tak menyangka kau benar benar datang, aku... Aku.. merasa hatiku terbakar. Terimakasih rain."
Ku lihat orang orang tampak bingung ketika melihat kami berpelukan dan tentara mulai mengitari kami memberikan perlindungan padaku.
"Lucy, sebentar, aku ingin memberikan penjelasan sebentar kepada mereka." Ucapku. Lucy melepas tubuhnya dari tubuhku
" Semuanya, perkenalkan aku adalah Rain Mantheus, Putra ke tiga dari Raja Clement Mantheus. Dan alasan aku berada disini sekarang, ingin membangun kembali Wilayah Markoron."
" Hah? Membangun wilayah ini? Apa kau mempunyai sihir atau semacamnya? Bagaimana caramu membangun wilayah miskin seperti ini?"
" Jaga ucapanmu itu! Kau sedang berbicara dengan Pangeran Kerajaan ini!." Wajah marah Jendral Klinen yang tak pernah kulihat. Menyeramkan.
" Hei, kau pikir kami peduli?."
"Kauuuuu...." Amarah sang jendral Kinen.
"Hentikan pak tua, biarkan aku meneruskan omonganku."
"Baik, Tuan Muda."
" Aku sudah mempunyai Rancangan dan Rencana membuat Wilayah ini menjadi maju, tentu semua ini perlu tenaga kalian, jika kalian ingin kemajuan dan hidup yang lebih baik, esok siapkan perwakilan dari kalian untuk memukakan pendapat dan mendengar apa yang ingin aku bangun disini, esok siang di Istana Markoron."
" Cih mimpimu terlalu tinggi nak, sudah lebih dari 3 orang yang ingin memajukan wilayah ini namun akhirnya jatuh juga. Sudahlah pulang sana ke ibukota."
" Tak ada salahnya aku bermimpi, ketika aku jatuh ada kalian yang menopangku." Ucapku penuh semangat.
" Hahaha siaaaal." Ucap seorang pria tua yang entah darimana tiba tiba muncul dari keramaian.
" Apakah kau benar benar ingin membuat kemajuan wilayah ini? Tak pernah terpikirkan olehku bahwa pangeran akan datang ke wilayah mati ini." Ucapnya sembari menatapku dengan serius.
" Aku adalah penatua dan tokoh dari wilayah ini, namaku Belmonte nak." Sembari mengulurkan tangannya untuk memberikan salam padaku.
Namun, tentara kembali memberikan perlindungan padaku.
" Oh maaf, tangan kotor ini tak cocok untuk berjabat tangan dengan pangeran Kerajaan ini." Ucap Belmonte kembali ingin menurunkan tangannya.
" Senang berkenalan denganmu pak tua Belmonte." Ucapku sembari menjabat tangannya.
" Menarik. Hahahaha." Tertawa lepas seorang pria tua. Aku merasakan kehangatan dan nampaknya orang orang mulai tak memberikan wajah amarah padaku.
" Baiklah aku akan ke Istana, ku tunggu kedatanganmu pak tua. Dan makanan akan segera datang mungkin sehari dari sekarang. Aku harap kedatangan kalian dalam merencanakan pembangunan wilayah ini." Ucapku sembari pergi menuju istana. Ku lihat wajah wajah yang selalu aku dambakan. Wajah bahagia orang orang.