* wushhhhh...* suara hembusan angin menerpa pepohonan dan membuat daun-daun yang layu disana terbang tak menentu.
Hembusan angin itu meniup rambut merah gelap sepinggang milik gadis yang mengenakan Gaun keabuan panjang selutut.
Gadis itu berdiri diatas ujung tebing yang dibawahnya terdapat air laut yang terombang ambing menabrak bebatuan tebing yang dipijakinya.
Sorot mata gadis itu tampak sendu menatap air laut yang tak lepas dari pandangannya.
* byuurrr.. * gadis itu menjatuhkan dirinya kelaut. Dia pun perlahan tenggelam. Bola mata keemasan gadis itu menatap permukaan laut yang semakin jauh darinya.
" mungkin inilah akhirnya" pikir gadis itu saat ia mulai kehabisan oksigen.
" ghakk" ia tersedak air laut yang mulai memasuki hidung dan mulutnya
Tiba-tiba air laut disekeliling gadis itu menggelap kehitaman dan perlahan menyelimuti tubuhnya yang mulai terkulai lemas.
" apa yang terjadi " pikirnya menatap kegelapan yang menyelimutinya.
" aku bisa membantumu " ujar suara entah dari mana membuat gadis itu bingung
" katakanlah apa yang kau inginkan dan aku akan mengabulkannya" ucapnya lagi.
Gadis itu tersenyum tipis dengan bibir yang sudah mulai memucat dan matanya ia pejamkan perlahan.
" kalau begitu aku ingin..."
* pip... Pip... Pip... * suara alarm yang begitu keras didalam ruangan itu.
*patss.. * pemilik mata itu terbuka lebar dan menampilkan iris mata keemasan yang menatap kesegala arah.
Dia pun langsung mendudukan dirinya diatas kasur yang tampak nyaman itu.
Rambut merah gelapnya tampak kusut dan terkena pancaran sinar matahari yang menembus lewat sela jendela yang masih tertutup tirai itu.
Dia menatap kesegala arah diruangan itu. Dia pun langsung berdiri dan perlahan kakinya berjalan menuju kearah jendela tersebut, dengan Segera dia membuka tirainya dan menampilkan suasana yang tampak cerah dan indah itu.
Senyum tipis terukir dibibir kemerahan gadis itu. Sorot matanya pun tampak senang menatap pemandangan yang dilihatnya.
" akhirnya aku kembali ke 10 tahun sebelum semuanya terjadi " ucapnya sambil melirik kekalender yang terpasang disamping jendela itu.
* tok tok tok * suara pintu ruangan itu diketuk seseorang.
* ceklek.. Kriett * pintu itu dibuka perlahan dan menampilkan seorang gadis berambut hitam sepinggang mengenakan kemeja putih dengan dasi pita abu melingkari kerah baju dan rok keabuan selutut, seragam khas anak SMA.
Bola mata berwarna ungu gadis itu menatapnya dengan sendu.
" kau sudah bangun rupanya" kata gadis itu diambang pintu.
" ada apa" tanya gadis itu singkat
" ah itu.. Ibu menyuruhmu untuk cepat kebawah.. Agar kita bisa sarapan bersama" sahutnya
" duluan saja, aku sedang tak nafsu makan" Ucapnya bohong sambil menatap kembali kearah jendela.
" ah.. Baiklah " . " emmm.. Apa kau akan berangkat sekolah hari ini" lanjutnya bertanya lagi.
" ya " sahutnya membuat gadis itu mengangguk paham dan dengan segera langsung menutup kembali pintu ruangan itu meninggalkannya yang tampak sedikit melirik kearah pintu.
Tangan gadis itu meraih sebuah gunting diatas meja. Lalu mengarahkan gunting itu kerambutnya dan dengan segera dia memotong rambut itu Hingga pendek sepundak.
Kemudian dia pun bergegas masuk kearah kamar mandi dan tak lama ia keluar lalu mengenakan baju yang sama seperti gadis tadi. Dan tak lupa mengenakan cardigan sepanjang pahanya yang berwarna merah melekat ditubuhnya.
Gadis itu berdiri didepan cermin besar yang memantulkan dirinya. Dia tersenyum bangga menatap sosok dirinya. Tangannya mulai mengambil lipstik dari kotak yang dia simpan dilemari.
Lipstik merah itu terlukis dibibir ranum gadis itu. Dia menyeka lipstik yang tampak belepotan lalu menempelkannya dikaca itu sambil menggambar garis pendek.
" mulai hari ini aku dira nirwaga. Akan mulai mengembalikan semua yang kalian berikan padaku. Dan akan kupastikan kalian menikmatinya nanti.." ucapnya sambil tersenyum menyeringai membuat siapa pun yang melihatnya pasti bergidik ngeri.
Dia mengambil tasnya dan berjalan keluar dari sana. Senyumnya terus terukir dibibir merahnya itu.
Langkahnya terhenti saat dia melihat seorang pria dan wanita paruh baya tengah makan dengan gadis yang tadi.
" dira.. Kenapa baru turun?" tanya wanita paruh baya itu lembut. Yang diduga ibunya lebih tepatnya ibu tirinya.
" sok baik sekali dia" pikir gadis itu, dira.
" duduk dan makanlah" sambung pria paruh baya itu, ayahnya.
" aku sedang tak nafsu jadi mau langsung berangkat saja" sahutnya lalu melirik kearah gadis yang tampak menatapnya sedari tadi.
" aku mau berangkat duluan.. Kau makannya pelan-pelan saja" kata dira yang mengerti jalan pikiran gadis itu.
" iya.. Hati-hati" ucapnya gelagapan mendengar perkataan dira.
" Kara makan yang banyaklah" ucap ayahnya lembut. Gadis itu pun mengangguk patuh.
" ya sudah.. Aku berangkat dulu" pamit dira melenggang pergi dari sana.
" Kara nirwaga.. Nasibmu akan gimana yah kedepannya" gumamnya sambil menyeringai.
" aku harus buat kejutan yang menarik untuknya dan juga ibu tercintanya " lanjutnya sambil melangkah menuju kesekolahnya.
Tak lama dira sampai disekolahnya.. Yaitu SMA Sakti Negara. Dia pun melangkah menuju kekelas yang pernah ditempatinya namun ia sedikit lupa.
" hmmm... Kelasku kalo gak salah slah XI- 3 apa bukan Yah.. "
* pukk * tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya pelan membuat siempunya menoleh.
" kenapa kau bengong disini, dira" tanya seorang pria berambut pirang dengan iris mata biru dan kulit putihnya tampak indah dilihat.
Tatapan dira pun langsung malas menatapnya. Jelas sekali ia kenal pria yang berdiri disampingnya ini.
Digo lean, teman kecil dira dan seorang playboy kelas ikan asin Menurutnya.
Pria itu Digo tersenyum menatap dira yang tampak datar wajahnya.
" lupakan tentang sikap playboy nya.. Aku harus tanya kelas dan tempat dudukku" pikir dira
" hei.. Kau mau kekelas?" tanya dira membuat Digo sedikit menyerngit heran menatapnya.
" tumben sekali kau bertanya begitu" kata Digo ternganga sambil mundur beberapa langkah darinya.
" sisialan ini" pikir dira kesal dengan sikapnya. Wajar saja Digo bersikap begitu karna biasanya dira akan marah bila disentuh atau ditanya olehnya.
" sudahlah.. Kalo mau kekelas ayo kita bareng saja" ajak dira sambil melengguh pelan.
" dira! Kau tidak salah makan kan!" teriak Digo menempel ketembok di koridor sekolah itu.
" aku belum sarapan sialan!" teriak dira balik.
" ah! Pantas saja kau jadi agak kurang waras" ucapnya santai.
" woy... Kau ini..!" dira mulai kesal dengan ucapannya dan dia yang nenyadarinya pun hendak pergi dari sana.
" kalau begitu kubelikan beberapa makanan untukmu Yah" ucapnya langsung melenggang pergi dari sana sedangkan dira
" tunggu--" ucapannya terhenti saat melihat Digo lari kencang
" kuning sialan itu! Hah.... Benar-benar deh.." dira pun memijit pelipis kepalanya yang tampak sedikit pusing.
" cih! Padahal dari tadi aku sudah bergaya keren.. Tapi kalo ketemu dia entah kenapa aku jadi kacau sendiri" lanjutnya melangkah kembali.
Dira berhenti didepan kelas yang bertuliskan XI-3. Tanpa pikir panjang lagi dia memasuki ruang kelas itu dan melihat beberapa anak tengah duduk dibangku masing-masing.
" aku ingin bertanya.. Tapi aku malu.. Aku takut tak bisa buat alasan yang masuk akal kalo aku lupa bangku sendiri" jeritnya dalam hati.
* pukkk * kini bahunya ditepuk lagi dan dia pun langsung menoleh..
Seorang pria berRambut coklat rapi dengan iris mata hijau dan senyum ramah yang membuat siapapun luluh melihatnya kecuali dira yang saat ini tengah menahan emosi setengah mati.
" kenapa berdiri disini?" tanyanya ramah.
" terserah akulah sialan! Ugh... Inginnya bilang gitu" jerit batinnya kesal.
" ah itu aku mendadak lupa bangku sendiri" sahut dira ramah balik.
" loh kok bisa?" tanyanya lagi.
"entahlah, sepertinya aku agak sedikit banyak pikiran akhir-akhir ini" sahutnya bohong.
" begitu yah" pria itu melirik kearah rambut dira.
" kau memotong rambutmu yah.. Untuk hilangkan stres?" Tanyanya sambil memiringkan kepalanya.
" begitulah" sahut dira sambil tersenyum canggung..
" berhentilah bertanya terus sialan!" batinnya kesal.
" oh yah bangkumu yang ada di pojok dekat jendela itu Yah" ucapnya sambil menunjuk kearah yang dimaksud.
" terima kasih Yah" kata dira langsung pergi kebangkunya dan duduk disana..
" hah... Untunglah.. Aku malas Bicara lama-lama dengannya. Biar pun dulu aku slalu cari kesempatan buat bicara dengannya tapi sekarang sudah beda." pikirnya sambil melirik kearah jendela disamping bangkunya .
* tap tap tap * seseorang melangkah mendekatinya. Dan dira melihat Digo membawa kantung plastik agak penuh lalu menyodorkannya kedira.
" aku tidak butuh.. Ambil saja " tolak dira halus.
" jangan gitu dong.. Kan aku udah beliin khusus buat kamu loh." ucap Digo dengan nada dan mimik wajah sedih.
" hah... Ya sudah terima kasih" kata dira pasrah dan mengambilnya.
" hah?! Seorang dira bilang terima kasih?" katanya kaget.. Dira yang denger pun kesal.
" kubuang loh" ancamnya.
" jangan! Aku gak akan ngledek lagi kok hehe" ucap Digo sambil nyengir lalu langsung duduk dibangkunya yang tak jauh dari dira duduk.
.
Kara nirwaga, adik tiri dira memasuki ruangan bersama dua wanita disampingnya yaitu Hanna noah (ketua genk) dan Lily yera (wakil ketua kelas). Mereka tampak berbincang riang.disusul pria berambut kuning dengan iris mata hitam tersenyum tipis kearahnya dan Dira yang melihat itu tersenyum tipis juga
" nikmatilah tertawaan kalian selagi bisa karna kedepannya kalian akan menikmati nasib kalian masing-masing" gumamnya senang.
* tettt... Tettt.... * bel sekolah berbunyi. Guru pun memasuki ruangan tersebut.
" baiklah sebelum pelajaran ini dimulai. Pak guru akan memperkenalkan teman baru kita"
Kata pak guru membuat seluruh murid dikelas itu penasaran..
" murid baru? Perasaan aku tak ingat kali tahun ini ada murid baru deh.." pikirnya bingung.
" nak masuklah.."
Dia pun melangkah memasuki ruangan itu dengan santai.
" dia kan..." kata dira shock melihat orang yang kini ditatapnya.
Bersambung.
Mohon komen dan sarannya yah.. Masih pemula saya 🙏😊