Max bungkam seribu bahasa. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Delon. Dirinya memilih untuk pergi dari rumah Delon dan datang ke apartemennya dulu karena Anin tadi menelpon dirinya.
Ia mengarahkan stir mobilnya ke arah jalanan yang selama ini sudah sedikit ia lupakan. Tapi, karena masalah ini Max jadi mengingat kembali seluruh jalanan di kota kelahiran Max itu.
Mobilnya perlahan berhenti di parkiran apartemennya dengan cepat. Ia juga tak sabar untuk turun melihat bagaimana keadaan Anin. Ia sangat cemas mendengar suara wanita itu yang terdengar sedang tidak baik-baik saja.
Dia berlari menyusuri anak tangga dan dengan tak sabar menekan tombol bel berkali-kali.
"Semoga kamu tidak apa-apa," gumam Max dengan napas terengah. Dan tidak berapa lama pintu itu terbuka, memperlihatkan wajah cantik dengan balutan kimono serta rambut basah yang terbungkus handuk terlilit.