Anin bingung dengan apa yang ia dengar. Perkataan Max seakan seperti obat bius untuk Anin. Ia mengerjabkan mata berkali-kali untuk memudarkan pesona lelaki yang berada di depan hidung mancungnya.
"A-apa?" Hanya pertanyaan itu yang mampu keluar dari mulut Anin. Selebihnya, otak perempuan itu kosong.
Max yang sedaritadi menatap lekat kedua iris mata indah wanita di depannya. Kini wajah itu berpaling ke kanan. Dan segera melepaskan pelukan pada pinggang Anin.
"Maaf, aku bersifat kurang ajar padamu," ucap laki-laki itu sembari membenarkan letak berdirinya sedikit menjauh dari tubuh Anin.
Wanita itu menurunkan pandangan seraya berdehem pelan untuk menyegarkan tenggorakannya yang kering.
"Tidak apa-apa. Apa kita bisa berangkat sekarang?" tanya Anin sembari menunjuk dengan ibu jari ke arah pintu keluar dengan posisi tubuh membelakangi pintu.
Max mengarahkan pandangan ke arah di mana Anin menunjuk, sedetik kemudian lelaki itu mengangguk. "Ayo, sepertinya kau sudah lelah," balasnya.