Monica terdiam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa untuk menjawab pertanyaan Nino. Hanya satu pertanyaan yang berputar pada pikirannya saat ini. Kenapa yang dikatakan Nino sama persis dengan apa yang ia rasakan seminggu yang lalu dan saat ini?
"Lo udah bikin gue kacau, Mon. Gue pikir itu cuma sementara aja. Karena sebulan ini kita berdua tanpa yang lain. Tapi, gue ternyata salah. Lo tahu, gue kesiksa harus ngelampiasin ke jalang ..."
"Mereka juga masih ngga bisa ngalihin otak gue. Gue bersyukur, gue bisa nurunin jalang itu di pinggir jalan, karena gue bisa ketemu Lo," sambung Nino dengan pandangan yang kini beralih pada manik mata hitam indah perempuan yang kini berada di dipangkuannya.
"Lo, salah, itu bu—"
"Itu, cinta. Gue udah nyangka itu cinta," jawab cepat Nino dengan mengulas senyum lebar, mengusap lembut pipi putih Monica.