Ha?
Rachel bingung dengan tatapan teduh dari lelaki di depannya. Satu dua kalimat memang sudah biasa Rachel dengar. Tapi, ia tidak menyangka jika apa yang dikatakan suaminya benar.
"Chel, nggak usah jawab apapun. Gue cuma mau ungkapin aja. Gue ngerasa terbebani dengan perasaan gue." Kepala lelaki itu tertunduk lemas. Seakan seluruh tenaganya terhisap melalui pengakuannya hari ini.
Rachel menepuk-nepuk bahu Rendra. Ia tahu bagaimana sulitnya memendam sebuah perasaa selama ini.
"Gue bukannya gak suka sama Lo. Tapi, gue nganggep Lo cuma teman. Lo baik dan Lo pintar. Harusnya gue emang suka sama ..."
"Tapi, cinta nggak bisa dipaksa. Sebelum gue kenal Lo. Gue udah kenal sama suami gue." Lanjut Rachel dengan tangan yang mengalihkan tas punggung ke depan.
"Ini ... gue keluar aja. Gue juga cuma bisa ngebantu nggak jadi bagian terpenting di sana. Jad, gue pikir lebih baik keluar." Rachel meletakkan surat pengunduran dirinya.