Chereads / Hubungan Penuh kenikmatan / Chapter 3 - Sapaan Hangat

Chapter 3 - Sapaan Hangat

21++

harap bijak dalam membaca

***

Pagi menyapa, matahari terbit dari ufuk timur, sinarnya menembus gorden jendela, menerobos masuk ke dalam kamar, membuat dua orang yang habis bercinta mengerutkan keningnya.

Tasya menggeliat dalam tidurnya, meregangkan kedua otot lengannya, badannya terasa sangat lelah.

"Eh?"

"Pagi, sayang." Kevin bergumam kecil, tangannya memeluk Tasya erat.

Tasya diam di dalam pelukan Kevin, dada bidangnya terasa nyaman bagi Tasya. Tubuh mereka polos tanpa sehelai benang pun. Entah jam berapa Kevin menghentikan 'kegiatannya' Tasya sudah tumbang duluan karena lelah.

Kevin mencium ceruk Tasya, membuat bulu punduknya berdiri, "ahh.. geli.. " Tasya meremang. Itu bagian sensitifnya.

"Sayang, bagaimana jika satu ronde di pagi hari?"

Tasya melotot, wajahnya memerah. "Apa kau tidak lelah?"

"Tidak sama sekali. "

Kevin bangkit menindih tubuh Tasya, menempelkan bibirnya ke bibir Tasya, berciuman saling menukar saliva.

Tangan Kevin liar menyelusuri titik sensitif Tasya, meremas dua gundukan besar, memilin putingnya, membuat Tasya membusungkan dada.

Ciuman Kevin turuk ke leher Tasya, menjilat, mencium, dan membuat banyak kiss mark. Tasya mendesah di bawahnya, tangannya memeluk Kevin erat.

"Ah.. ahhh.. "

Kevin tersenyum, desahan lolos dari bibir Tasya. Ia mulai meraba bagian vagina Tasya, menyentuh titik klitorisnya. Tasya semakin mendesah keenakan.

"Ah.. akhhhh... kheviin.." Tasya meracau, menekan kepala Kevin ke dua gundukkannya. Kevin menyesap puting Tasya seperti bayi.

Di bawah sana vagina Tasya sudah basah, kevin memasuki satu jarinya, menggerakan maju mundur. Ciuman kevin turun ke pusar Tasya.

"Akhhh... akhh... lhebihh cheepaatt.."

Kevin menambahkan dua jarinya lagi, menggerakkan sengan tempo cepat, Tasya semakin mendesah tak tertahan, kepalanya menggeleng ke sana ke mari, dadanya membusung.

"Akhhh.. akhhh.. Kheviinn."

"Keviiin, ah, lhebihh chepattt aahh.."

"Yes, honey, i'm hare. " Kevin mencabut jarinya, juniornya sudah menegang sempurna, tanpa aba-aba Kevin langsung memasukannya ke dalam vagina Tasya.

Tasya mendesah kencang, 'milik' Kevin terlalu besar untuknya, ia meremas punggung kevin, masih terasa sakit.

"Ahh.. Kau sempit sekali.. akhh. " Kevin memasukan miliknya lebih dalam.

"Sakit kevvv." Tasya berkaca-kaca. Kevin mencium bibirnya, lidah mereka saling beradu, di bawah sana Kevin terus memasukkan miliknya.

"Ahhhh..." desahan Tasya lolos saat Kevin memasukan miliknya penuh, tidak, bahkan juniornya tidak masuk semuanya, 'milik' Tasya kecil dan sangat sempit.

Kevin menggerakan maju mundur, ia membalikkan posisi menjadi di bawah dan Tasya di atas.

"Bergerak lah, honey."

Tasya kebingungan, ia menggerakan pinggulnya pelan, desahan lolos dari bibir keduanya. "Sayang lebih cepat." Kevin menggeram, memegang pinggul Tasya, ia menggerakkannya lebih cepat. Tangan kevin meremas payudara Tasya yang menggantung.

"Akhhhh.. ahh.. ahh. "

"Ahhh.. ahhh.. "

Desahan desahan mereka saling bersahutan, Kevin kembali ke posisinya, bergerak dengan liar. Juniornya ia gerakan maju mundur dengan sangat cepat. Tasya terus mendesah menikmati permainan Kevin.

"Akhhh... Khevin akhuuuu.... aaaakkhhhhh." Tasya mencapai klimaksnya. Vaginanya berkedut mengeluarkan cairan kental.

Kevin menghentikan juniornya, memberi jeda agar Tasya menikmati pelepasannya. Juniornya kembali ia gerakan lebih cepat. sangat cepat membuat ranjang kasur ikut bergerak.

"Akhh.. milikmu sangat sempit.. ahhh.. aku menyukainya. " Kevin meracau. ia menggerakan lebih cepat, meremas payudara Tasya.

Tasya terus mendesah, ia dibuat melayang oleh permainan Kevin yang memabukan.

"Kheeviiiin.. akhhh... ahh.. aku.. mauu. kheluarhh..."

"Bersamaan sayang."

keduanya saling menyemburkan cairannya, Tasya menggelinjang, desahan kencang keluar dari bibirnya.

"Aaaakhhhhhhhh..." Kevin menutup matanya, menikmati pelepasannya.

Ia mencabut juniornya, membuat desahan lolos dari bibir Tasya.

.

Kevin mengecup wajah Tasya, bangkit dari tidurnya. Tasya menutup wajahnya saat melihat junior Kevin yang sangat besar, pantas sakit.

Tasya ikut bangun terduduk, kakinya sangat sakit, badannya pegal-pegal.

"Mau kemana?" Kevin bertanya, Tasya susah payah turun dari ranjang. Kakinya sangat sakit dan terasa keram.

Kevin menggendong Tasya, hidung mereka saling bersentuhan. "A.. aku ingin mandi, tubuhku lengket."

Kevin mengecup bibir Tasya, membawanya ke kamar mandi. "Aku akan memandikanmu, sayang."

Tasya menggeleng, "Aku bisa mandi sendiri."

"Memangnya kenapa?" Kevin membawa tubuh Tasya memasuki bathup.

Tubuh Tasya terasa relax saat kevin menuangkan air hangat dari shower.

Kevin ikut masuk ke dalam bathup. Ia mendudukan Tasya di atasnya. Tubuh mereka saling menempel.

"Sayang, apa kau masih mau menghadiri acara kantor?"

Tasya membelalak, astaga ia lupa kalau acara kantor di gelar dua hari. "Aku harus cepat, Kevin. Orang tuaku pasti akan mencari." Tasya berdiri, tapi lengannya ditarik oleh Kevin, membuat Tasya terjatuh di atasnya. Kevin menahan tubuh Tasya, dada milik Tasya berada di depan wajah Kevin, tangan Tasya tak sengaja memegang junior milik Kevin.

Kevin menggeram, susah payah ia menahan hasratnya.

"Cepat selesaikan mandimu." Tanpa banyak bicara, Kevin langsung memakaikan shampo ke rambut Tasya.

***

Pukul 13.00, Tasya makan siang bersama kedua orang tuanya.

"Sayang, kau sakit? Kenapa memakai syal?" Mama Tasya bertanya.

Tasya berdeham, jantungnya berdetak lebih cepat. "Sepertinya flu, ma. Waktu malam ACnya pakai suhu minus." Alibinya.

"Kau mabuk waktu malam?" papa melirik Tasya.

"Ya, sedikit, pa."

"Haduhhh, Tasya. sudah berapa kali mama bilang, kalau tidak kuat minum jangan minum." Mama mengomel, membuat Tasya meringis.

"Kau bermalam dengan Kevin?"

"Eh? Maksud papa?" Tasya kikuk, bagaimana orang tuanya tahu.

Mama berseru girang, "kamu bermalam dengan Kevin? apa kalian melakukan ah.. apa kalian melakukan sesuatu? bercinta?_"

"uhuk uhuk uhuk" Tasya tersedak minumannya.

"Apa mama akan mendapatkan cucu? Astaga, pa. kita akan menjadi kakek dan nenek."

Tasya menggeleng, "Ma, tidak ada apapun. Tidak ada cucu dan nenek."

"Kau berbohong.."

Tasya mendongak, suara itu.

"Kevin, sudah makan siang?"

Tasya terbatuk, bagaimana Kevin bisa di sini?

Matanya bergerak cemas, Kevin duduk di sebelah Tasya.

"Kebetulan belum, ma." jawab Kevin. mata Tasya membulat. Ma? Astaga.

"Kami bercinta waktu malam," ucap Kevin lugas tanpa beban.

Tasya menatap tajam, bagaimana bisa Kevin mengatakan itu dengan enteng.

"Kami memang bercinta kan." Kevin memeluk tubuh Tasya. di sebrang meja mama memekik girang, "astaga pa, kita benar-benar akan memiliki cucu."

"Pa, ma... "

"Kita akan menikah, honey."

Tasya membulat, "Kita? menikah? " ia menunjuk dirinya dan Kevin, bertanya pada Papa.

"Bulan depan." papa menjawab.

Natasya semakin membulatkan matanya, "kenapa mendadak? kita baru bertemu kemarin, pa-"

"Natasya... " Papa memotong ucapan Tasya.

"Ini sudah direncanakan. Tidak ada protesan."

"Siang, sudah berkumpul ternyata. " pak direktur datang bersama istrinya. "Yaampun Kevin, kau sudah tidak sabar rupanya. " Pak direktur bergurau.

"Ayo lanjutkan makan siangnya."

Natasya menatap piring tak berselera, bagaimana bisa bulan depan ia akan menikah dengan laki-laki yang baru dikenalnya. Meskipun pernah melakukan hubungan, tapi itu hanya one night stand. Tidak lebih.

Natasya berdiri dari duduknya, izin ke toilet. Tanpa sepengetahuannya Kevin mengikuti dari belakang. Menarik lengan Tasya ke pojok ruangan.

"Akh." pekiknya kaget.

Kevin dengan buas langsung mencium Tasya, membuat Tasya tersentak kaget, bibirnya menggigit bibir Tasya, membuka akses ke dalam mulutnya. Tak ada kelembutan dalam ciumannya, terus mendesak untuk masuk. Tasya kehabisan nafas, memukul dada bidang Kevin.

"Kau ingin membunuhku?" Natasya mengatur nafasnya, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Kevin tak menjawab, tangannya meremas bokong Tasya kencang.

"Akhhh.. " Tasya menjerit. "Kevin hentikan!"

Kevin tak menjawab, ia menggendong Tasya ke kamar hotel di lantai sembilan. "Aku akan menghukummu." ucapnya dengan nada menahan emosi.

Mata Tasya membulat, ia memberontak dalam gendongan Kevin. Kevin membawanya masuk ke dalam lift, menekan tombol angka sembilan. "Kevin lepas!" Tasya berontak.

Kevin seakan tuli, ia tak menghiraukan teriakan Tasya. pintu lift terbuka, Kevin berjalan cepat menuju kamar hotel.

"Kevin lepas! Jangan macam-macam! Aku bisa teriak!"

Kevin menyeringai, segera membawa masuk Tasya ke dalam kamar. mengunci pintunya.

"Kevin!! " Tasya berteriak.

Kevin membanting tubuh Tasya ke atas ranjang, ia langsung merobek dress yang di pakai Tasya.

Tasya memekik, "Akh! Kevin kau...!! "

"Aku akan menghukummu!"

Tangan Kevin menarik bra dan celana dalam Natasya, membuat tubuh poloh Tasya terpampang dengan jelas.

Natasya menutupi tubuhnya dengan selimut, menatap kesal Kevin.

"Aku sudah melihat dan merasakan setiap inci tubuhmu, kau tidak perlu menutupinya." Kevin menarik selimutnya.

ia segera menindih tubuh Tasya. Matanya mengunci pandangan Tasya, wajahnya semakin maju membuat hidungnya bersentuhan.

Kevin menatap lamat-lamat wajah Tasya, menghembuskan nafasnya panjang. Wajahnya ia tenggelamkan di ceruk leher Tasya.

Emosinya mulai stabil. Tasya terdiam, ia bernafas lega Kevin tidak melakukan apa pun.

"Apa hubungan semalam tidak ada artinya bagimu?" Kevin bertanya masih dengan menenggelamkan wajahnya.

Tasya menggigit bibirnya, "tidak."

Kevin menggigit bahu Tasya, membuat Tasya terpekik. "Itu hanya one night stand, Kevin."

Kevin mengangkat wajahnya, "oh ya? kau hanya menganggap seperti itu?"

Tangan Kevin meremas payudara Tasya pelan. Membuat Tasya mendesah.

"Akhhh, Kev akh.. Keviiin!"

"Kau hanya menganggap seperti itu?! " Kevin bertanya lagi. Ia memasukkan jarinya ke dalam Vagina Tasya dalam sekali hentakan.

"Akhhhh.. Khevhinn. Berhenthii!"

Kevin menghentakan jarinya, membuat Tasya menggerang nikmat.

"Akhhhhhh!"

Kevin menggerakkannya dengan lambat, lalu menghentakkannya dengan kencang, melambat lagi, lalu menghentakan dengan Kencang. Membuat Natasya prustasi.

Kevin menarik kembali jarinya, Natasya bernafas lega. "Aku akan menikahimu meskipun kau menolak, ini perintah dari orang tuaku yang sudah berumur." Kevin menatap Tasya.

Natasya terdiam, "Tapi aku masih terlalu muda untuk menikah. "

"Aku mengerti, tapi maaf aku akan tetap menikahimu bulan depan."

"Kau mengerti tapi kau tak mengikuti keinginanku."

"Itu hanya keinginanmu." Kevin menggeleng. "Kau naif, saat kau melakukannya kau sangat menikmati bukan? Aku bahkan telah menumpahkan berjuta sel ke rahimmu, kau tidak takut nanti hamil dan anakmu tidak memiliki ayah?"

Tasya terdiam. Tubuh polosnya ditutupi jas oleh Kevin.

"Aku tidak akan mengekangmu, Natasya. Aku tidak akan menuntutmu menjadi istri yang sempurna."

"Bagaimana kalau suatu saat kau pergi meninggalkanku, mencari wanita lain?" Natasya menatap Kevin.

Kevin terkekeh, amarahnya sudah hilang. "Tidak akan, Tasya. Aku bukan Casanova playboy apa lagi bang toyib." Jawabnya terus terkekeh.

"Aku tidak percaya, kau pasti memiliki banyak wanita simpanan. Pasti sering melakukan 'itu' dengan wanita lain kan?!" Mata Tasya menyelidik.

"kenapa kau berfikir seperti itu? "

"Saat kau melakukannya denganku, kau terlihat seperti orang yang sering melakukannya, mengetahui titik titik sensitif perempuan, kau juga tahu cara mengalihkan rasa sakit saat kau memasukan 'milikmu' ke dalam 'milikku'."

Mata kevin membulat. "Astaga kau! hahaha." tawanya terdengar kencang, "ya ampun, kau sungguh menggemaskan. Bagaimana kau bisa bicara sepolos itu? kau benar benar bayi besar." Kevin mengusap rambut Tasya.

Tasya mengerucutkan bibirnya, ia hanya berkata jujur, apa salahnya?

"Sudahlah. kau tidur siang saja." Kevin mengambilkan selimut yang tergeletak, memakaikannya pada Natasya.

"Maafkan aku yang telah kasar padamu." ucap Kevin mengecup dahi Tasya. Tubuhnya menarik Natasya ke dalam dekapannya, mata mereka sayup-sayup dan tertidur bersama.

Natasya menatap Kevin yang sudah tidur, ia terbangun, Kevin memeluknya begitu erat, genggaman tangannya berada di bokongnya.

"Kevin.." Natasya bergumam, melepaskan tangan Kevin. Kevin mengeluh di dalam tidurnya, bergumam kecil, dan malah memeluk Tasya lebih erat.

"Sayang.. "

Tasya menutup matanya, astaga Kevin!