Dua menit kemudian, aku kembali menemui Anton dengan membawa segelas teh manis untuk Anton. Ku letakkan minuman itu, lalu aku duduk. "Ada apa? Cepatlah katakan, karena waktuku tidak banyak!" Dengan sedikit ketus, aku berbicara. Anton terlihat gelagapan ketika hendak membuka mulutnya untuk berbicara.
"A-A-Aku, ingin meminta maaf padamu, Arini!"
"Minta maaf untuk apa?"
"Arini, aku minta maaf atas semua yang telah terjadi di antara kita. Malam itu, aku khilaf. Aku sedang emosi dan mabuk berat. Aku tahu, aku salah! Sedikit pun Aku tidak berhak melampiaskan kemarahanku padamu. Aku menyesal, Arini!"
"Tidak perlu, Anton! Semua sudah terlanjur terjadi. Kamu telah menunjukkan sifat aslimu! Kini aku tahu, bahwa kamu memang tak pantas mendapatkan cinta yang tulus dari siapa pun. Karena apa? Karena, kamu hanya seorang lelaki yang hanya bisa menyiksa perempuan yang tak berdaya!" Jelasku padamu Anton.