Chereads / Teman Gak Ada Akhlak / Chapter 3 - 3. Keseharian di Sekolah 2

Chapter 3 - 3. Keseharian di Sekolah 2

Setelah pelajaran Bu Rena (Bahasa Inggris) selesai, Reita dan Anna diperbolehkan untuk masuk ke kelas lagi. Mereka masuk setelah Bu Rena keluar dari kelasnya. Teman lainnya masih duduk sambil bermain Mobil Legend.

Setelah Bu Rena meninggalkan kelas. Pelajaran Bahasa Jepang akan dimulai. Namun, karena tidak ada guru Bahasa Jepang yang akan mengajar di kelas XI MIA 2, kelas Reita dan teman-temannya.

Semuanya sibuk menggosip dengan guru bahasa Jepang di Sendai Ikuei Gakuen yang merupakan salah satu Sister School di SMAN 2 Bandung. Karena itu, guru bahasa Jepang menjadi akur.

Tak lama kemudian, setelah Reita duduk di bangku kelasnya, dia dihampiri oleh cewek yang selalu mendekatinya. Cewek itu mengajak Reita sambil menjalankan aplikasi Titokku-nya.

"Reita. Main Titokku yuk! Sama aku yang cantik dan manis ini," ajak Selly pada Reita yang terduduk di kursinya.

Reita yang masih terduduk di kursi sudah terbiasa dengan ajakan dari cewek alay itu. Ia tidak mau main Titokku karena membuang waktu yang cukup baik bagi siswa siswi SMAN 2 Bandung.

"Main sendiri sana! Aku lagi capek ngurusin kalian," tolak Reita yang ringkus di tempat duduk.

"Eh?! Kamu gak mau yah?! Kalau gitu, cewek yang cantik dan manis kayak aku ini akan pergi ke kantin dulu," pamit Selly meninggalkan Reita dan keluar dari kelas.

Setelah Selly pergi, ada seorang cewek yang menghampiri Reita. Ia sangat menginginkan sesuatu di dalam hatinya itu.

"Reita," panggil Dona menghampiri Reita.

"Apalagi?" Tanya Reita tidak menoleh ke Dona.

"Pinjam uangmu, dong! Buat beli es krim Cometto!" Minta Dona pada Reita.

"Nih. Gak usah kembalikan," sodor Reita memberikan uang pada Dona.

"Hore! Makasih, Reita!" Dona berterima kasih dan segera meninggalkan kelas.

Sebelum pelajaran kosong berakhir, ada seorang cewek yang mengaku pacarnya Reita segera menghampirinya. Ia akan memberikan sesuatu pada Reita karena ia menyayangi Reita.

"Reita," panggil Anna dengan suara yang lembut.

Reita tidak menoleh kemanapun. Ia hanya berbaring di meja yang tanpa coretan sekalipun. Anna mendekati Reita karena Reita hanya terdiam karena tidak mau berurusan dengan Anna.

"Kamu kenapa? Kamu sakit, yah?" Tanya Anna sambil mendekati Reita.

"Gak. Gak apa-apa," jawab Reita berpaling dari Anna.

"Kamu kok kayak gitu Jangan kayak gitu, dong!" Anna memegang tangan Reita dengan tangannya yang lembut itu.

"Sini sama aku!" Ajak Anna sambil memeluk Reita.

Reita pasrah dengan ajakan Anna. Dia terpaksa dipeluk Anna dan dibawa ke tempat yang sepi. Reita tidak bisa menghindar kemanapun. Anna selalu mengejar Reiat kemanapun ia pergi.

^****^

Pada saat keluar kelas, para gadis yang sedang duduk santai di luar kelas sambil menggosip agar pembicaraan lebih menyenangkan. Mata mereka tertuju pada sepasang kekasih sambil memegang tangan mereka.

"Cie! Ada yang pacaran!" Sindir siswi kelas XI.

"Romantis banget tuh," lanjut siswi yang lainnya.

"Cantik banget tuh cewek. Pantesan jadi incaran para buaya. Tapi, tau gak? Cewek kelas XI MIA 2 yang itu gak mau pacaran sama yang lain. Sama cowoknya doang," jelas siswi dengan teman-temannya.

"Benar sekali tuh. Emang setia tuh cewek. Gak kayak kelas sebelah yang selingkuh mulu," sindir siswi lainnya pada temannya.

"Semoga saja lancar yah!" Harap lainnya melihat Reita dan Anna pacaran.

Setelah itu, Reita dan Anna segera menuju ke tempat yang sepi untuk pacaran. Karena jam kosong, mereka jadi gak ngapa-ngapain. Mereka hanya duduk dengan romantis. Reita hanya berpaling dari Anna yang sedang duduk mendekatinya dengan senyuman.

Di tempat yang sepi dan hanya untuk berdua. Pergelangan tangan mereka berpegangan untuk melambang kan ikatan mereka yang takkan dilepaskan untuk selama-lamanya.

Tak lama kemudian, Anna melepaskan tangan yang merupakan sebuah ikatan cinta bagi Anna. Reita hanya menemaninya karena tidak ada yang ia lakukan di kelas. Reita sudah bosan karena tidak tahu ia harus melakukan apa.

Jadi, dia hanya menemani Anna berpacaran.

"Reita. Tunggu sebentar, yah! Aku mau beli es krim dulu," pamit Anna segera pergi.

Reita hanya terdiam dengan Anna. Anna meninggalkan Reita dan segera emnuju Keberadaan Anna perlahan menghilang karena ingin memberikan kesan romantis pada Reita.

Reita berharap Anna pergi dan takkan kembali lagi. Reita berpikir Anna akan pergi ke kelas dan membuat Reita dimarahi Pak Guru.

"Ke kelas ah! Paling dia prank," ucap Reita segera pergi ke kelasnya.

Ia segera kembali ke kelas dan tidak menyadari dengan ketulusan Anna yang romantis itu.

Pada saat Reita ke kelas dan berusaha untuk tidur karena kelas sedang gabut akibat jam kosong, Madun dan Zeni datang dan mengajaknya untuk bermain di aplikasi di virtual phonenya.

"Reita. Ayo main ML yuk!" Ajak Zeni sambil menyodorkan virtual phonenya.

"Ini demi kebersamaan antar teman," lanjut Madun mendekati Reita.

Percuma. Reita tertidur lelap. Madun dan Zeni tidak bisa membangunkannya dengan cara biasa.

Madun dan Zeni mempunyai niat yang jahat untuk membangunkan Reita yang tertidur lelap karena jam kosong yang membosankan bagi Reita.

Jadi, mereka mempersiapkan diri untuk membangunkan Reita dengan suara yang lembut. Namun, tidak membuat keributan di sekitarnya.

Mereka melihat situasi terlebih dahulu sebelum membangun Reita. Mereka melihat siswa dan siswi kelas XI MIA 2 yang sibuk main ML dan joget Titokku.

Ini artinya aman. Mereka bisa berbuat usil pada Reita.

"Reita? Bangunlah! Ada Pak Guru Fisika, lho!" Teriak Zeni di telinga Reita.

"Kalau Engkau tidak bangun, Pak Anton akan mengeluarkan petir yang dahsyat di kelas yang tercinta ini," lanjut Madun memegang pundak Reita

Reita masih tidak terbangun. Ia masih tertidur lelap karena ia sudah lelah dengan kehidupan sekolah yang menguras tenaganya.

Karena suara pelan tidak bisa membangunkan Reita, mereka bersiap untuk mengerjai Reita yang tertidur lelap itu

Zeni mengeluarkan megaphone miliknya yang bermerek Thoang dan memutarkan suara menjadi keras. Madun sudah bersiap-siap. Dia membuat suaranya seakan-akan suaranya menjadi Pak Anton.

"Reita. Bangun! Pelajaran Fisika sudah dimulai, kamu maka enakan tidur!" Tegur Madun yang seperti Pak Anton, Guru Fisika.

Reita terbangun dengan cepat dan segera respon. Ia berdiri dan siap gerak.

"Maafkan aku, Pak! Soalnya, aku lagi capek," jawab Reita seperti anggota Pramuka.

"Bagaimana ini? Kalau mau tidur di rumah aja. Jangan di sekolah. Paham kamu?" Tanya Madun berada di depan Reita.

"Paham, Pak," jawab Reita dengan sigap.

Reita pun merasakan kejanggalan yang cukup parah. Ia tidak merasakan aura dari Pak Anton. Itu adalah Madun.

Reita menjadi marah karena ia dipermainkan oleh temannya sendiri. Ia membuka matanya dengan paksa dan menengok mereka dengan matanya yang tajam itu.

"Argh! Pergi sana! Ganggu aja kalian! Orang lagi tidur digangguin juga." Reita bangkit dan memarahi kedua temannya yang usil itu.

"Wah! Reita kesurupan mantan! Lari!" Zeni segera menggunakan tenaganya untuk lari.

"Kalau begini, Reita akan menjadi singa yang ganas," lanjut Madun meninggalkan kelas.

Madun dan Zeni sudah meninggalkan kelas. Reita yang masih berdiri menghela nafasnya karena mereka sudah pergi.

"Gara-gara mereka, aku jadi gak bisa tidur. Balik lagi ke meja! Gak bakalan damai karena mereka selalu ganggu aku," keluh Reita menghampiri bangkunya dan segera tidur dengan tenang.

Reita tertidur kembali. Ia mengabaikan semua yang menghalanginya. Suara dan canda tawa teman sekelasnya meramaikan kelas XI MIA 2 yang sedang menjalani jam kosong.

Pada saat Reita tertidur lelap, tidak disangka jam kosong dan jam istirahat terlewati begitu saja. Siswa dan siswi SMA sedang pergi ke kantin atau berkumpul ke ekskul untuk sementara.

^****^

Pada saat jam pelajaran selanjutnya dimulai, ada seorang guru yang sedang berjalan ke kelas Reita bersama dengan cewek yang sedang menangis.

Para muridnya segera menuju ke kelas mereka meskipun guru itu tidak termasuk Top Tiga Guru Killer Seantero SMA.

Guru itu memasuki kelas. Madun dan Zeni menghilang entah kemana. Karena mereka berpikir fisika itu membosankan ditambah dengan rumus yang tidak otaknya itu, mereka kabur kelas Fisika untuk sementara.

Sesekali saja tidak apa-apa. Kalau kebanyakan, bisa gawat.

Begitu Pak Anton masuk, semua siswa dan siswi kembali ke kelas mereka. Selly dan Dona menyimpan sampah di kolong meja mereka. Reita hanya tertidur lelap. Cewek yang merupakan kelas Reita menangis tersedu-sedu karena sebuah hal yang tidak bisa dimaafkan.

Guru itu memiliki kumis yang tebal. Jenggotnya dipotong sampai pendek. Kacamata yang ia kenakan agar menunjang pengajaran fisika, tinggi tubuh yang lumayan tinggi. Rambut hitam yang diselubungi kegelapan.

Pak Anton. Guru Fisika di kelas XI. Guru itu adalah guru yang tidak segalak Bu Rena. Dia baik hati, namun pembelajarannya yang membosankan serta membuat beberapa siswa mengantuk. Tidak heran Madun dan Zeni kabur kelas fisika.

"Selamat siang semuanya!" Sapa Pak Anton pada siswa dan siswi yang sedang duduk.

"Siang, Pak!" Sahut para siswa dan siswi yang kembali tidak semangat.

"Bapak ingin mengumumkan sesuatu pada kalian semua. Apakah kalian mengenal cewek yang sedang menangis ini?" Tanya Pak Anton pada siswa siswi itu.

"Tidak, Pak. Paling dia itu pacarnya Reita," jelas salah satu murid yang duduk di belakang.

"Iya tuh. Reita saja selalu berduaan sama cewek. Tapi, gak secantik dan semanis kayak aku," imbuh Selly mengira dirinya antik dan manis itu.

Karena penjelasan siswa itu, Pak Anton menjadi mengerti. Ia pun menoleh pada Reita yang duduk di barisan kedua. Ia menghampiri Reita yang ketiduran itu. Seketika itu, membuat Pak Anton ingin memabngunkannya sambil menenangkan Anna yang sedang menanngis.

"Reita. Ayo bangun! Ini sudah pelajaran Bapak," bujuk Pak Anton pada Reita yang keenakan tidur.

Reita tidak mau bangun karena ia sudah tertidur dengan nyenyak. Pak Anton masih sabar mengingat Reita adalah siswa yang baik di tengah kejadian yang tidak ada akhlaknya itu. Maka dari itu, Pak Anton berusaha untuk membangunkan Reta lagi.

"Reita! Ayo bangun! Pacarmu lagi nangis tuh! "

Reita merasakan hal yang sama lagi. Ia mengira Pak Anton adalah Madun yng sedang mengusilinya. Karena ucapan Pak Anton yang seakan-akan menjadi prank bagi Reita, Reita ingin bangun dan memarahi orang yang mengganggunya.

"Roar!" Teriak Reita seperti beruang kutub toxic.

Pak Anton terkejut dengan suara beruang yang akan menerkamnya di hutan dekat perkemahan. Siswa dan siswi menjauhi Reita karena mereka mengira Reita adalah seorang Werewolf yang akan memakan mereka.

"Argh! Jangan prank aku lagi! Kalah mau prank, sama orang lain aja sana! Aku lagi capek tahu!" Reita berteriak sambil berdiri di atas meja.

Suasana ini membuat wajah Pak Anton menjadi memerah. Bukan karena malu, melainkan marah. Ia tidak menyangka ia diperlakukan kasar oleh muridnya sendiri.

Reita terkejut karena yang membangunkannya adalah Pak Anton, bukan Madun yang selalu mengerjainya. Ia akan dihukum karena berpura-pura berubah menjadi Werewolf.

"Reita. Kamu dihukum berdiri di lorong lagi," putus Pak Anton.

"Eh?! Eh?!! Bapak?! Kenapa Bapak disini? Aku pikir Madun," cela Reita tidak menyangka ada Pak Anton di depannya.

"Madun. Madun. Tendangan si Madun kali yah!"

"Dia prank aku pas jam kosong," jelas Reita membela dirinya.

"Kamu sudah mengeprank Bapak karena mau jadi Werewolf di Dwilight Saga. Terus, mau berubah gak bilang-bilang. Mau kena serangan jantung lagi ini Bapak," tegur Pak Anton pada Reita.

Reita tidak bisa mengatakan apapun lagi. Obrolan Pak Anton memang keras. Ngelanturnya juga sudah membuatReita tidak bisa berdebat dengan Pak Anton lagi/

"Sudah ngeprank jadi Werewolf, ninggalin pacar lagi!" Lanjut Pak Anton mengkritik Reita.

"Kamu sudah ninggalin pacar kamu. Kalau dia sudah hamil dan kamu meninggalkannya, siapa yang tanggung jawab? Kamu mau cewek ini jadi janda? Lama-lama pacarmu jadi artis sinetron lama-lama," lantur Pak Anton.

"Ini sama saja meningkatkan Populasi Janda di PSN (Pusat Statistik Nasional) tau gak?" Tegur Pak Anton di depan kelas.

Reita tidak menjawab. Ia hanya turun dari meja dan tubuhnya setara dengan kursi. Teguran Pak Anton itu membuatnya terpojok. Para siswa dan siswi menahan tawanya karena Reita dicap selalu meninggalkan pacarnya. Reita pun dijuluki "Suami Keluyuran."

"Jadi, Bapak gak mau tahu! Kamu harus dihukum berdiri di lorong," tegas Pak Anton menghukum Reita.

"Baik, Pak!" Reita segera meninggalkan kursinya dan berjalan meninggalkan kelasnya.

Anna pun dipersilahkan duduk kembali sambil menahan tangisannya. Tangisan yang sama seperti artis Sinetron Kumenangis Tidak sedikit para cewek maupun ibu-ibu sangat kasihan padanya kalau Reita meninggalkannya.

Jadi, Reita tidak bisa meninggalkan Anna lagi.

^****^

Reita berdiri di lorong lagi. Pelajaran fisika yang membosankan itu. Anna, Selly, dan Dona menulis catatan fisika sambil main Titokku. Pak Anton mengajar tema "Tekanan Hidrostatis," bukan "Tekanan Cinta."

Setelah pelajaran Pak Anton selesai, semua siswa dan siswi kembali istirahat dan keluyuran entah kemana. Anna dan Selly segera ke kantin tanpa memikirkan Reita yang sedang dihukum itu.

Reita pun harus ikut dengan Pak Anton di Ruang Bimbingan Korsleting mengenai hukuman yang akan ia terima. Reita tidak punya pilihan lain dan mengikuti arahan Pak Anton sementara Madun dan Zeni kembali ke kelas dan bermain virtual phone lagi.

Hukuman dari Pak Anton memberatkan Reita, namun hukuman ibunya lebih menyeramkan dari hukuman siapapun.