Chereads / Nier / Chapter 16 - Tanok

Chapter 16 - Tanok

Kemalangan para Orc, tak dirasakan penduduk Greenwood Forest yang ceria. Cita dan cinta akan damai selalu tersurat dalam masyarakat ramah di sebelah barat Land of Dawn tersebut.

Sukacita itu pula yang dirasakan Nier, yang menjalani kehidupan terbaik yang pernah ia rasakan.

Bersama Hob, Fikk, dan teman-teman barunya, Nier bersiap mengikuti lomba di antara mereka.

"Ingat! Menangkap Naga Mungil Ekor Sembilan tidak boleh menggunakan sihir! Siapa yang mendapatkannya lebih dulu, dialah pemenangnya!" Selaku penengah dalam lomba tersebut, Fikk berseru menjelaskan peraturan lomba.

"Masak tidak boleh menggunakan sihir?" tanya Fur, setengah mengeluh.

"Tidak Fur. Karena tidak adil bagi teman-teman yang tidak menguasai sihir," ujar Fikk.

Fur menghela napas, seraya berjalan gontai menuju garis start. "Yaaah, sudahlah ..."

"Kamu sudah siap, Erol?" Nier bertanya, dengan senyum terkembang.

"Siap untuk mengalahkanmu, Nier," timpal Erol.

"Hei, kalian jangan meremehkanku!" seru Hob, tidak mau kalah.

Saat suara peluit berbunyi para peserta berhamburan ke berbagai arah. Hob dan Fur ke barat, Erol dan seekor Kob ke timur, Nier dan Pikk mungil menuju utara. Mereka bukan hanya beradu kecepatan, tetapi juga kejelian dan kecerdasan.

Hob mengandalkan pengalaman dan pengetahuannya di dalam hutan. Dalam hal ini, Fur tak bisa melewatinya. Ia tertinggal di belakang Hob.

Sementara di timur, Erol terlihat jauh lebih unggul. Ia dengan cerdik mengelabui lawannya. "Ah, lihat itu Naga Mungil Ekor Sembilan!"

Sedangkan Nier pun, tak dapat ditandingi Pikk mungil. Kecepatan Nier tanpa sihir sudah luar biasa. Ditambah pengetahuannya tentang hutan tersebut, membuatnya menjadi kandidat kuat juara.

Tapi, cepat saja akan percuma jika tidak berhasil menangkap Naga Mungil Ekor Sembilan.

Telinga runcing Nier berupaya menangkap suara sekecil apa pun. Netranya yang ungu gelap menelisik setiap jengkal daerah di sekelilingnya.

"Sepertinya aku mendengar sesuatu ... hup!" Nier melompat menerobos rerimbunan.

Setelah melesat melewati beberapa pohon, ia menemukan dua ekor Goblin sedang bertarung dengan sesosok makhluk bertubuh besar dan berkulit merah— yang tidak lain ialah Tanok.

Meski dalam keadaan terluka, Tanok dengan mudah membuat kedua Goblin lari tunggang langgang.

Nier terperangah melihat kehebatan Orc merah tersebut. Ia ingin melihat Tanok lebih jelas, dan menyibak dedaunan yang menghalangi pandangan. Akan tetapi, tanpa disengaja tangannya menyentuh Kodok Troll yang melompat sambil bersuara.

Suara itu menyebabkan Tanok menyadari kehadiran Nier. "Keluarlah, atau kapakku yang akan memaksamu keluar!"

Nier terhenyak. Alih-alih menunjukkan diri, ia memilih untuk berdiam di tempat. "Makhluk itu menyeramkan, aku tak ingin berurusan dengan—"

Belum usai membatin, tiba-tiba Tanok menerjang dengan mengangkat kapaknya tinggi-tinggi. "Kalau memang itu maumu, kupaksa kamu keluar!"

Nier bergeming, dan melompat ke belakang, sehingga kapak Tanok mengibas ruang kosong.

Tanok tak menghentikan serangan, dan terus merangsek. Kapaknya mengibas dengan liar, namun Nier terlalu cepat untuk Tanok.

"Siapa gadis muda ini? Sepintas ia mirip Dark Elf ... tapi ia tak memiliki sayap," batin Tanok, mulai frustasi.

Di sisi lain, Nier sudah bisa mengukur kekuatan lawan. "Kekuatannya luar biasa. Sayang, kecepatannya terlalu lambat." Nier menghentakkan kakinya, lantas melesat sambil menghimpun enerji. "Kamu yang memaksaku!"

"Berhenti!"

Tiba-tiba terdengar suara seseorang berseru. Nier sangat mengenali suara itu, demikian pula dengan Tanok. Keduanya pun menahan serangan masing-masing.

"Madam Runa!" Tanok terkejut melihat kehadiran Madam Runa.

"Ur ..."

"Nier, ini temanku dari Ras Orc— Tanok," ucap Madam Runa mengenalkan Tanok pada Nier.

"Nier?" tanya Tanok, heran.

Madam Runa pun mengangguk. "Dia anakku. Berkat bantuanmu dulu, ia tetap dalam kondisi baik."

Tanok memperhatikan Nier dengan seksama. Ekspresi wajahnya penuh tanya. "Dia jelas bukan dari Ras Moon Elves. Tapi tidak mungkin berasal dari Dark Elf, karena tak memiliki sayap," batinnya. Meski merasa heran, namun Tanok tak ingin dianggap tidak sopan dengan menanyakan hal tersebut pada Madam Runa.

"Tanok, maukah kamu singgah di rumahku?" tukas Madam Runa menawarkan.

"Kalau urusanku tidak mendesak, dengan senang hati aku menerima tawaranmu."

"Apakah ada yang bisa kubantu?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Tanok pun menuturkan kisah pilu yang terjadi pada Ras Orc. Peperangan yang nyaris menghabisi seluruh Orc laki-laki.

"Ah, jadi begitu. Kurasa aku tidak sanggup membantumu sendirian," ujar Madam Runa, kemudian melanjutkan, "Tapi aku akan meminta Raja Elijore membantumu. Ayo, kita temui Raja Elijore, dan jelaskan maksud kedatanganmu."

"Baiklah."

"Nier, kamu tidak perlu ikut dengan kami," tukas Madam Runa.

Nier pun mengangguk. "Iya, Ur," jawab Nier, lantas melihat keduanya berlalu.

Malapetaka di daerah utara, mengawali peperangan di Land of Dawn. Bayang-bayang akan kekejian para Dark Elf, tak urung membuat Raja Elijore gusar.

Setelah selesai mendengarkan penuturan Tanok, Raja Elijore diam beberapa saat. Raut wajahnya menunjukkan rasa resah. Tapi, membiarkan keresahan melanda, tak akan merubah keadaan menjadi lebih baik. Ia pun akhirnya mengambil sebuah keputusan yang bijak.

"Aku tidak bisa membiarkan Greenwood Forest tanpa penjagaan. Namun aku juga tidak dapat berpangku tangan, mengetahui kekejaman para Dark Elf," ucap Raja Elijore, menghentikan kalimatnya sejenak. "Tanok, besok aku akan mengirimkan seribu orang tentara yang akan dipimpin oleh Madam Runa, dan anakku Erol. Selain itu, aku akan mengirimkan pesan pada Ras Manusia untuk membantu kalian. Bagaimana?"

Tanok terlihat ragu. "Manusia dan Orc tidak pernah akur. Bagaimana mungkin mereka mau membantu kami? Lagipula aku pun enggan dengan mereka."

"Manusia adalah kawan kami, serahkan urusan meyakinkan mereka padaku. Yang paling penting, singkirkan kebencianmu pada mereka, demi membebaskan rasmu."

Kata-kata Raja Elijore memang masuk akal. Dalam keadaan seperti sekarang, bagaimana pun keras kepalanya Tanok, mau tak mau ia harus mengakui bahwa ia membutuhkan bantuan Manusia.

"Baiklah. Aku mengerti."

"Bagus, sekarang beristirahatlah. Sudah kusediakan kamar kosong, dan akan kupanggilkan Devor untuk merawat lukamu. Besok pagi, kamu sudah bisa berangkat bersama pasukanku, Tanok."

"Sebentar Yang Mulia," ujar Madam Runa tiba-tiba.

"Ada apa Madam Runa?" tanya Raja Elijore.

"Hylos adalah kawan baikku. Izinkan aku mengunjunginya, sekaligus untuk meminta bantuan," terang Madam Runa, menjelaskan maksudnya.

"Hylos tidak mungkin mau membantuku," sahut Tanok, geram.

Madam Runa pun tersenyum. "Bukan membantumu, Tanok. Tapi membantuku."

Walau sebenarnya tidak menginginkan bantuan para Centaur, tetapi Tanok tidak punya pilihan lain. Semakin banyak bantuan didapatkan, semakin besar peluangnya untuk membebaskan para Orc.

Peperangan ras-ras Land of Dawn melawan para penghuni Dark Abyss sudah di depan mata. Para pejuang tangguh pun siap unjuk kekuatan. Tanah, padang, dan semak belukar akan menjadi saksi pertempuran dahsyat di Land of Dawn.

Namun tanpa mereka sadari, itu semua adalah pengalihan The Dominator dan juga Eruv dari tujuan mereka yang sebenarnya. Yaitu, membangkitkan Sang Ratu dalam diri gadis lugu bernama ...

Nier ...

Bagaimana perjalanan Erol, Tanok dan Madam Runa? Akankah mereka mendapatkan bala bantuan? Lantas apa yang akan terjadi dengan Greenwood Forest yang lengang? Temukan jawabannya dalam bab-bab What Made Nier selanjutnya!

Bersambung ...