"Jalan satu-satunya sekarang, menikahkah anak bodoh ini dengan Fandi!" ucap Wicaksono.
Baginya memiliki anak sama seperti aset, investasi yang bisa di gunakan saat terdesak. Hidup dalam keluarga seperti itu tentu membuat Maya juga memiliki cara pikir yang sama. Tidak ada cinta, semua tentang harta dan kekuasaan.
"Benar, kita harus mempercepat pernikahan. Fandi memiliki kedekatan yang begitu harmonis dengan keluarga Sandjaya dan juga Bagas, aku yakin dia bisa meminta maaf atas nama kita," ucap nyonya Wicaksono. Dia pun tidak akan membiarkan suaminya bangkrut, hidup susah tidak pernah ada dalam mimpinya.
Wicaksono menatap nyalang putrinya yang masih terpaku dengan wajah bodohnya, "lakukan sesuatu, bila perlu kau berlutut di kaki mereka. Minta maaf, akui kesalahanmu!"
Maya menggeleng, "aku tidak akan pernah berlutut di kaki Cia atau salah satu dari mereka."
