Mengingat gadis kecil yang bijak itu, Cia nggak menemuinya untuk terakhir kali. Nggak mungkin juga pamit sama mereka kan? Cia berharap suatu hari kalo pun mereka bertemu semuanya sudah lebih baik, dengan jalan hidup masing-masing.
Cia geli sendiri dengan pikirannya yang sok dewasa. Ah, pengalaman hidup ini sangat berharga untuknya. Cia melerai pelukkan mamanya lalu memeluk papanya. Cinta pertamanya yang selalu bisa di andalkan.
Dia sempat berpikir, Dhika mirip seperti papanya dan dia akan seberuntung mamanya tapi nyatanya mimpinya terlalu tinggi, dan akhirnya jatuh dengan rasa sakit yang luar biasa.
"Jaga diri," ucap Bagas. Dia mengecupi pucuk kepala putrinya, pelukkan eratnya menghantarkan kekuatan untuk Cia.
"Ok, jaga mama ya? Papa jangan kerja terlalu keras." Bagas tersenyum, dia mengangguk mantap.
Cia pergi dengan senyum menenangkan, dia menumpangi jet pribadi teman papanya, tidak ada yang tau dia telah pergi meninggalkan semua untuk memulai hidup baru.
***