Clara menarik napas pelan, "kalau begitu kamu ubah kepemilikkannya menjadi milikmu. Lagipula dia tidak memiliki Dhika secara sah kan? Mereka melakukannya tanpa ikatan apapun."
Cia mengangguk, "harusnya aku nggak ungkit masalah ini. Itu masa lalu dia, dan aku nggak boleh menghakiminya."
"Cia, aku kagum padamu. Benar apa yang Boy katakan, usiamu masih sangat muda tapi cara berpikirmu jauh daripada orang dewasa. Ketakutan yang kamu miliki juga alasannya jelas, dan yang paling penting kamu mau mendengar saran orang lain. Menilai dari berbagai sudut pandang."
"Dan aku nggak nyangka kamu sehebat itu dalam memberikan nasihat. Kayak psikolog tau nggak, curhat sama kamu nggak berasa."
"Aku suka berbagi pikiran, saling belajar. Lebih baik begitukan? Hidup pernikahanku juga tidak semulus yang kamu lihat. Kami bukan manusia sempurna tapi kami sempurna dalam komitment untuk saling melengkapi."