Buluk kuduk gadis itu meremang, seperti merasakan hantu yang bicara begitu.
"Bapak kok seneng banget sentuh saya, inikan sekolah." Protesnya pura-pura. Jangan sampek Dhika tau dia nyaman.
"Karena kamu suka saya sentuh, buat saya tidak masalah dimana pun itu." Cia memutar malas bola matanya sambil menirukan cara bicara Dhika tanpa suara.
"Darimana jalannya saya suka bapak sentuh?" Dia tidak menyuruh Dhika menyingkirkan tangannya, ya itu karena dia nyaman.
"Dari ciuman kita. Kamu semangat sekali, saya simpulkan kamu nyaman dengan sentuhan kita."
"Saya penasaran pak sama rasanya. Yang kemarin itu udah lupa, apalagi kesannya nggak enak, di tinggal tidur."
"Karena saya sakit tidak bisa mengontrol diri."
"Sakit kok bisa minta cium, itu nggak kontrol juga? Bapak sakit bukan mabok, mustahil kali nggak sadar." Cia mana bisa di bodoh-bodohi.
"Hem, kalau itu saya sadar tapi pas ciuman mata saya mengantuk dan langsung tidur begitu aja." Kalau ini Cia percaya.