Dhika mengajak mertuanya dan Cia ke ruangannya. Boy dengan setia menunggu di depan pintu. Dia lega melihat nyonya baik-baik saja.
"Pa, Ma. Maaf saya tidak bisa menjaga Syilla dengan baik." Sekali lagi dia meminta maaf sebagai seorang menantu.
"Bukan salahmu, nak." Bagas menepuk pelan pundak Dhika sebelum duduk di sofa.
"Udah jelas salahnya pak Mahar. Makanya pak, jangan suka tebar pesona." Ketus Cia.
Dia merasa dirugikan. Tampan boleh aja tapi jangan sampek merugikan orang lain juga. Dia aja nggak pernah merugikan orang lain karena kecantikannya yang haqiqi.
"Cia." Tegur Bagas.
Sarah menarik Cia dalam pelukannya, setelah itu menangis kuat dan tersedu-sedu. Dia sangat takut karena kalau sampai gadis kecilnya ini terluka tentu dia tidak akan bisa bernapas dengan baik.
Mendengar ancamam wanita gila itu aja Sarah tidak mampu membayangkannya. Sekarang dia bersyukur dengan sifat Cia yang bar-bar. Karena itu anak gadisnya bisa menjaga diri.