"Dih, apaan sih?" Sewot Cia. Dia melepas pelukannya dan sedikit menjauh. Padahal pelukan Dhika menggiurkan kali, jadi ngantuk di elus-elus gitu.
"Bisa jadi dia pangeran berkudamu, hwo knows?" Dhika mengedikan bahunya acuh. Cia membuang muka kesal terus kembali mendumal.
Semua umpatan seperti biasa, melayang buat Dhika. Persis kayak baca mantra.
Ting ....
Terdengar bunyi lift bersamaan dengan pintunya terbuka, mereka keluar lalu berjalan menuju pintu penthouse.
Rasanya lega kali udah sampek rumah, enaknya berendam abis itu baru tidur sambil meluk guling.
Perut kenyang hati pun senang. Itulah yang Cia rasakan, walaupun agak kesal sama psiko tadi tapi rasa kepiting yang lumer di mulut itu nggak ada tandingannya.
"Pak, simpan yang bener seafoodnya biar tetap fresh." Enak kali dia perintah si Dhika sambil lalu naik ke lantai dua.
"Kamu tidur dimana?" Langkah Cia yang udah ada di anak tangga ke lima berhenti.
Dia menoleh menatap Dhika penuh senyuman.