Jam tiga sore baru Dhika jemput Cia, gadis itu sedang tidur siang di kamar istirahat papanya.
"Bagaimana hidup dengan Cia?" Bagas dan Dhika sedang berbincang di sofa sembari menunggu gadis itu bangun tidur.
"Baik, selama ini kami berusaha bermomunikasi dalam setiap hal."
Bagas mengangguk, "dia sedang sedih mengenai kepindahan kalian begitu pun mama, namun tidak papa katakan itu pada Cia."
"Kami akan sering mengunjungi kalian," ucap Dhika sopan.
Bagas tersenyum kagum pada mantunya ini. Bagas suka karakter mantunya, dia yakin pria ini bisa membimbing Cia meski agak sulit.
Bukan Dhika yang tidak mampu, melainkan Cia yang kelewat keras kepala.
"Hem, papa dan mama juga akan mengunjungi kalian jika ada waktu." Dhika mengangguk.
Setelah itu mereka bicara tentang bisnis. Dhika memperhatikan ruang kerja ayah mertuanya, setiap sudut ada foto keluarga. Dia yakin pasti ini kerjaan ibu mertuanya yang memiliki sifat sangat mirip dengan istrinya.