Chereads / MY LECTURER / Chapter 4 - Dosen Maha Benar

Chapter 4 - Dosen Maha Benar

Bersama Adnan di toko buku, El mencari buku-buku referensi di semester ini. Tapi ternyata ada buku-buku yang susah didapatkan. El dan Adnan menuju kasih setelah lelah mencari buku-buku yang mereka butuhkan. Saat membayara buku, ada satu novel yang tak merasa El ambil dari rak. Tapi kenapa ada dikeranjang bukunya.

"Loh, aku nggak beli novel itu,"

"Aku yang beli buat kamu, tadi aku lihat kamu suka sama novel itu Vin?"

"Eh nggak usah Nan, kalau gitu aku bayar sendiri aja ya?"

"Terlanjur juga udah aku bayar," ujar Adnan dengan senyuman ramahnya.

El masih merasa tidak enak, dia memang bukan tipe cewek yang suka menerima barang dari orang lain dengan cuma-cuma. Dia selalu memikirkan apa orang itu punya uang atau tidak, apalagi sama-sama mahasiswa yang masih mengandalkan uang saku dari orang tua. El memang begitu, terlebih dia sendiri merasakan bagaimana harus hemat supaya tidak terlalu membebani orang tuanya. Karena novelnya sudah terlanjur Adnan bayar, El berencana mentraktir Adnan setelah ini.

"Nan, kita mampir ke kafe bawah yuk! Aku lapar nih dari siang nggak sempet makan siang."

"Jangan suka telat makan El ntar sakit lagi, ya udah yuk!"

El dan Adnan ke kafe yang dituju, mereka memesan makanan dan juga minuman. Seperti biasa Adnan selalu terlihat berkilau di mata El, bisa dibilang El merasakan love at first sight pada Adnan. Sosok Adnan yang kalem berbeda jauh dari El yang terkesan kurang anggun membuat El menyukai Adnan. Selain itu, Adnan juga rajin dan berperilaku baik. Terlebih Adnan selalu menghargai perempuan, dan sopan. Pokoknya bagi El, Adnan adalah lelaki idamannya.

"El kenapa?"

El menggeleng, dia malu karena ketahuan memandang Adnan dengan tatapan memuja. Setelah makanan datang, El ke kamar mandi meninggalkan Adnan sendiri. Hp El di atas meja beberapa kali bergetar, Adnan tak berani mengangkat telepon El jadi dia hanya membiarkannya saja. Setelah El datang, Adnan memberitahunya bahwa tadi ada telepon masuk. El mengecek dan bingung karena yang meneleponnya nomor baru jadi dia mengabaikanya. Tak lama sebuah pesan masuk.

"Kenapa telepon saya tidak diangkat?"

"Maaf Anda siapa?"balas El.

"Siapa menurut kamu?"

Karena tak mendapat jawaban El pun mengabaikan pesan tersebut, lalu melanjutkan makan malamnya bersama Adnan. Setelah makan, El dan Adnan menuju musala terdekat untuk menunaikan ibadah salat isya'. Setelah itu Adnan mengantar El pulang ke indekosnya.

***

Di rumah Arsenio.

Dia tiba-tiba merasa kesal karena telepon dan pesannya diabaikan oleh mahasiswanya sendiri. Jarang-jarang dia melakukan hal ini, bahkan sangat jarang mahasiswanya mendapatkan nomor whatsappnya. Hanya komting atau beberapa anak HIMA saja yang punya whatsapp pribadinya. Tapi kenapa sekarang, mahasiswa yang satu ini dengan berani mengabaikannya.

"Tunggu saja besok pagi!"

Arsen kembali melanjutkan pekerjaannya untuk mengoreksi tugas mahasiswanya.

***

Hari ini jadwal kuliah El tidak terlalu padat, hanya ada satu mata kuliah dan itu pun di siang hari pukul 13.00. Hari ini El berencana untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Jadi setelah selesai mencuci baju, memasak dan menyetrika El pun mandi kemudian, berencana untuk sarapan bersama teman sekamarnya. Naru saja El hendak sarapan, dia dikejutkan dengan pesan yang baru saja masuk.

"Ke ruangan saya sekarang, saya beri waktu 10 menit!"

El merasa marah, siapa sih orang iseng yang dari semalam menganggunya. Dia tidak tahu siapa yang mengirim pesan itu karena tak ada nama maupun foto profil dari pengirim tersebut. Dengan amarah El membalas pesan tersebut.

"Anda siapa seenaknya menyuruh saya? Lagian kenapa ganggu saya terus sejak semalam, padahal saya tidak mengenal Anda."

Arsen terkejut mendapat balasan dari El tersebut. Apa El benar-benar tidak tahu atau hanya pura-pura. Lalu Arsen menelepon El. Karena ingin tahu siapa yang mengganggunya, El pun dengan malas menjawab telepon tersebut.

"Elvina, apa kamu masih tidak tahu siapa saya?"

El yang kaget tak mampu membalas ucapan orang yang diseberang telepon. Kini dia tahu siapa jadi pengganggu sejak semalam.

"Datang ke ruangan saya sekarang!"

"Maaf Pak, tapi saya tidak di kampus." El menjawab dengan perasaan was-was. Dia takut jika anak singa ini akan memakannya hidup-hidup jadia dia berusaha mencari alasan.

"Saya tunggu 10 menit!" setelah mengucapkan itu Arsen menutup teleponnya. El jingkrak-jingkrak karena kesal, bagaimana bisa dia ke kampus dalam waktu 10 menit. Dia saja masih memakai baju tidur meski sudah mandi. Apa dosen gilanya itu tidak tahu kalau seorang wanita juga butuh dandan dan lain-lain. Meski kesal, El berusaha secepatnya untuk datang ke kampus. Bahkan El tak melanjutkan sarapannya. Setelah mendapat telepon tadi El seperti orang kesetanan, dan membuat teman-teman indekosnya menatapnya keheranan.

"Kenapa tuh anak?" tanya Maya teman indekos El.

"Kayaknnya dicariin dosennya deh," ujar Hana.

"Kasihan ya, lihat tuh sarapannya aja masih utuh."

El melihat jam tangannya, dia masih punya waktu lima menit lagi. El berlari menuju kampus dan tak menghiraukan tatapan aneh dari orang-orang sekitar. Akhirnya, El sampai di kampus tetapi dia harus menaiki tangga supaya sampai di ruangan dosennya. Napas El terengah-engah, dia merasa kehabisan napas setelah sampai di depan ruangan dosennya itu. El buru-buru mengetuk pintu ruangan dosennya karena ternyata dia telat lima menit. Pada saat El mengetuk pintu dengan tiba-tiba pintu tersebut terbuka. Hampir saja El Jatuh karenanya. El melihat dosennya dan merasa takut karena saat ini dosennya pasti sedang marah kepadanya karena terlambat lima menit. Lalu dengan dingin Arsen memerintah El untuk duduk.

"Duduk!"

El yang masih takut hanya terdiam.

"Elvina, saya tidak suka mengulang perkataan saya! Tegas Arsen menyentak perhatian El.

Tanpa ba-bi-bu, El menarik kursi kosong berseberangan dengan Arsen. Kedua bahunya menegang penuh antisipasi. El sangat kelelahan, bahkan dahinya sudah dibanjiri keringat. Dia masih berusaha mengatur napas. Arsen memperhatikan El, lalu menyodorkan air putih yang ada dihadapannya.

"Minum!"

El menatap penuh curiga, dia takut minuman itu telah diberikan sesuatu oleh Arsen.

"Tidak mau?"

Karena El kehausan dia pun meminumnya. Setelah meminum air itu hingga habis, Arsen mengatakan sesuatu.

"Air itu bekas saya minum!"

Sontak El mengusap bibirnya, ini artinya mereka berdua berciuman secara tidak langsung. Itu yang ada dipikiran El saat ini, dia merasa kesal dengan kelakuan dosennya ini.

"Kenapa tidak bilang dari tadi sih Pak? Bapak tahukan kalau...

"Kalau kita berciuman secara tidak langsung karena berbagi gelas yang sama.

El terdiam, bagaimana dosennya tahu apa yang ada dipikirannya. Tetapi Arsen justru tersenyum, senyum pertama yang El lihat dari seorang Arsen. Namun itu tak lama karena Arsen kembali pada mode sebelumnya. Lalu Arsen memarahi El karena telah mengabaikannya sejak semalam. Bahkan dia juga terlambat lima menit. El dengan pasrah menerima perintah Arsen dan membantu Arsen.

"Ambil buku di sana, lalu ketik bagian yang sudah saya tandai!"

El pun melakukan apa yang dosennya suruh. Dengan cepat El mencoba menyelesaikan perintahn Arsen dengan harapan bisa segera pulang untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Hari beranjak siang, dan El masih di ruangan Arsen. Sedangkan Arsen sedang berada di kelas karena ada jadwal mengajar. El mulai merasa lapar karena dia tidak sempat sarapan tadi pagi. Tiba-tiba abang ojol datang ke ruangan Arsen dan memberikan makanan. Tetapi El tak berani makan karena takutnya bukan untuknya. Jelas bukan buat dialah orang dia nggak pesan. Tak berselang lama, Arsen datang dengan menenteng laptop dan beberapa buku. El pura-pura tidak melihat dan melanjutkan pekerjaannya. Lalu El berinisiatif untuk pamit pada Arsen karena dia sebentar lagi akan ada kuliah.

"Pak bisa saya pergi sekarang? Saya ajam kelas setelah ini."

"Iya saya tahu, kelas saya kan?"

El menganggguk.

"Jadi,"

"Kamu masuk bersama saya!"

Mendengar jawaban Arsen membuat El merasa tak berdaya untuk isa keluar dari kandang singa. El memegangi perutnya yang sudah demo sejak tadi. Arsen melihatnya dan sedikit merasa bersalah. Lalu Arsen menghampiri El dan memberikan makanan yang tadi dia pesan. Arsen tak berkata-kata dan hanya meletakkan makanan di hadapan El. El merasa bingung tetapi, dia akhirnya paham. El membuka makanan itu dan memakannya dalam diam. Dia juga melihat Arsen tengah memakan makanan yang sama dengannya. Setelah selesai makan El membereskan bungkus makanan tersebut dan juga membereskan punya Arsen.

"Pak, saya mau ke musala dulu,"

"Silakan, nanti saya susul."

El pun turun ke lantai satu dan segera mengambil wudu. El menunaikan ibadah dengan kusyuk, bahkan setelah dzikir dia ketiduran. Beruntung dia mendengar teman-temannya datang untuk salat jadi dia terbangun dan bergegas kembali ke ruangan Arsen untuk mengambil tasnya.

"Kamu duluan ke kelas, lima menit lagi saya ke sana!"

El pun meninggalkan Arsen dan berjalan menuju kelasnya. Hari ini sungguh melelahkan bagi El, seharusnya dia bisa menyelesaikan tugas-tugasnya tetapi justru dia terjebak di kandang singa. Jadi bisa dipastikan kalau nanti malam El akan bergadang untuk menyelesaikan tugasnya yang tertunda.