Chereads / Raihan & Raisya / Chapter 24 - 23. POV Raihan

Chapter 24 - 23. POV Raihan

*Disuruh Nikah?*

🎮🎮🎮🎮

Aku memegang pipiku yang kebas. Padahal sudah 4 jam berlalu sejak jam istirahat pertama. Tamparan Papi memang menyakitkan. Aku mengabaikannya. Tapi perkataan Papi? Tentu saja itu mempengaruhi diriku.

Semua berawal dari Raisya. Aku sengaja diam. Aku sengaja tidak banyak bicara bahkan aku sengaja tidak ikut campur dengan membela diriku bahwa aku tidak salah.

Kalian tahu alasannya apa? Simpel aja.

Kalau aku membela diriku, maka semua kebenaran akan terungkap sehingga Raisya pun akan di maafkan dan gadis itu kembali berulah.

Ck, gadis macam Raisya memang pantas di beri pelajaran seperti itu jika ingin jera dan tidak mengulanginya lagi.

"Anu. Em Sakit ya Rai ditampar?"

Aku menoleh kearah Anu yang kini meringis melihat ku

"Biasa aja."

"Lagian kenapa sih kamu gak ngaku aja? Kan kamu gak salah."

"Biarkan aja."

Anu terlihat menghela napas. Mungkin saat ini dia berpikir bawah aku aneh. Berbeda dengan Nua yang terlihat tidak banyak komentar. Lalu ekspresi wajahnya berubah bingung.

"Ada apa?" tanyaku pada Nua.

"Ini.. Raisya.."

"Abaikan saja dia."

Aku memilih berdiri dari dudukku. Sudah 30 menit berlalu sejak jam sekolah berakhir. Semua siswa sudah pulang dan sebagian masih ada yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Anu mengikutiku dari belakang bersama Nua.

"Anu.. em mau pulang sekarang Rai?" tanya Anu padaku.

"Iya."

"Kalau kamu bener-bener di usir. Rumahku siap menampung anak macam kamu. Tenang aja."

"Eh.." tiba-tiba Nua menghadang jalanku. "Ini gimana nih, Raisya hubungin aku terus. Angkat atau gak?"

Aku melihat Nua yang kebingungan sejak tadi. Dia memperlihatkan ponselnya yang kini menampilkan panggilan dari Raisya.

"Reject aja apa susahnya?"

"Sudah." sela Nua lagi. "Ini panggilan yang ke 10 kalinya Rai. Mending kamu aktipkan deh ponsel mu supaya dia gak neror aku terus."

"Aku tidak mau. Aku pulang duluan."

"Rai! Astaga. Ini bagaimana.."

Aku mengabaikan Anu dan Nua. Biarkan saja mereka berdua. Aku.. Ntahlah saat ini moodku sedang buruk. Aku mempercepat langkahku.

Sesampainya di luar halaman sekolah, aku berniat menghidupkan ponselku  untuk membuka aplikasi layanan taksi online.

Tint!

Aku menoleh kesamping. Ternyata mobil Raisya. Pintu terbuka dan dia keluar sambil memasang raut wajah bernapas lega.

"Raihan.. sejak tadi aku hubungin kamu. Kamu kok gak terima panggilan aku?"

"Untuk apa?"

"Yaaaa.." Raisya mengelap peluh di dahinya. "Ya kan kita bisa pulang bareng. Seperti biasa."

"Kita?"

Raisya mengangguk. Aku menatap Raisya dengan sinis.

"Ck, tumben. Kepalamu habis terbentur?"

"Kok gitu sih jawabannya? Aku-"

Aku mengabaikan Raisya. Rasanya begitu kesal. Aku ingin marah semarah-marahnya. Berulang kali aku mencoba sabar dengan sikapnya yang menyebalkan si biang masalah. Tapi sayangnya dia seorang gadis.

Jika saja Mami tidak mengingatkanku jangan bersikap kasar pada seorang gadis, mungkin aku akan berlaku seperti itu pada Raisya agar dia kembali bersikap menjadi anak baik dan tidak menyusahkan banyak orang.

"Rai! Kamu mau kemana! Tunggu!"

"Rai!"

"Raihan!!"

Aku bersikap seolah-olah tuli. Raisya benar-benar pembawa sial dalam hidupku dan dia tetap keras kepala dengan menghadang jalanku.

"Apa?!" Aku menatapnya tajam.

"Kamu mau kemana?"

"Pulang."

"Ayo sama aku. Aku antar."

"Tidak perlu."

"Tapi Rai-"

"Sekarang kamu bebas. Kamu tidak perlu mengantarku lagi."

Tiba-tiba sebuah mobil kembali menepi di samping kami. Seorang gadis keluar dan ternyata adalah Lala.

"Alhamdulillah akhirnya kita ketemu Rai. Barusan Tante Aiza hubungin aku. Katanya kenapa nomor ponsel kamu gak aktip?" Lala terdiam. Dia menatap aku dan Raisya secara bergantian. Aku tidak habis pikir kenapa Mami tiba-tiba menghubungi Lala?

"Raihan pulang sama aku La. Seperti biasanya." ucap Raisya dengan tegas.

"Pulang sama kamu? Tapi Mami Aiza menyuruhku antar Raihan Sya. Lagian tumben banget sih kamu niat pulang bareng Raihan? Biasanya juga kamu paling males."

"Aku-"

"Sudah deh Raihan sama aku aja. Ini amanah dari Mami Aiza. Mending kamu datangin Kak Bejo tuh. Biasa juga kamu hobi datangin dia... Em Raihan ayo pulang sama aku."

"Maaf aku pulang sendiri."

"Tapi ini bagaimana?" Lala menyodorkan ponselnya ke arahku. Dengan ragu aku menerima dan membacanya. Ternyata benar. Sebuah pesan singkat dengan nomor Mami yang Lala simpan. Mami menyuruh Lala untuk mengantarkanku pulang.

"Oke."

"Yaudah ayo kita pulang! Kebetulan didalam mobil ada cemilan buatan ku. Mumpung pulang bareng sekalian aja deh kamu cicipin!"

Aku mengabaikan ocehan Lala yang berisik. Aku segera memasuki mobil Lala dan duduk dibagian belakang. Dengan raut wajah ceria Lala pun akhirnya mengemudikan mobilnya. Meninggalkan Raisya yang terdiam dengan raut wajahnya yang sedih.

Ck, masa sih sedih? Cih aku gak percaya. Paling hanya beberapa menit. Setelah itu dia kembali berulah dengan menyusahkan banyak orang.

🎮🎮🎮🎮

"Ngapain kamu disini? Jangan pulang kerumah!"

"Mas.. Raihan tinggal sama kita. Rumahnya disini. Tempat dia pulang."

"Aku tidak bisa menerimanya Aiza! Itu hukuman buat dia yang berbuat tidak baik disekolah!"

"Raihan gak salah mas! Putra kita gak salah! Dia-"

"Baiklah aku akan pergi."

Ucapanku barusan menjadi akhir dari perdebatan Mami dan Papi. Aku akan mengalah agar mereka tidak bertengkar. Mami benar. Aku tidak  salah. Tapi dasarnya Papa memang suka emosi membuat Papa tidak pernah mau mendengarkan penjelasanku ataupun penjelasan mama.

"Mas.. aku mencintaimu. Jangan menyakiti hatiku dengan mengusir Raihan."

Kedua air mata mengalir di pipi Mami. "Dia tidak salah Mas. Ucapkan istighfar agar hati mas tenang."

"Tolong jangan emosi. Tenangkan hati mas. Sebagai ibu aku menyayangi Raihan sejak didalam kandungan.. dia.. bahkan dia nyaris keguguran ketika dimasalalu-"

"Jangan dibahas lagi." Aku melihat Papi memeluk Mami dengan erat.

"Itu karena kesalahanku juga dimasalalu. Kamu pernah keguguran  sekali karena Kumala. Lalu setelah kamu hamil lagi aku mengerjaimu secara keterlaluan hingga Raihan nyaris keguguran. Maafkan aku."

Situasinya sekarang kami masih berada di teras rumah setelah Lala mengantarkanku. Aku menghela napas. Aku menundukan wajahku karena aku paling tidak bisa melihat seorang wanita yang aku sayangi menangis. Siapa lagi kalau bukan melihat mami. Aku tahu betapa Papi begitu mencintai Mami.

"Raihan. Masuk kedalam rumah." ucap Papi.

"Nak.. jangan pergi ya. Tetap dirumah."

"Dan mulai besok kamu tidak perlu berharap Raisya lagi. Papi akan membelikanmu motor baru."

Aku hanya mengangguk pada ucapan Papi barusan. Akhirnya aku bernapas lega. Ah setidaknya aku benar-benar bisa jauh dari Raisya. Kami pun akhirnya masuk kedalam rumah.

Sesampainya didalam, aku berniat untuk menaiki anak tangga menuju kamarku.

"Malam ini luangkan waktumu selama 1 jam."

Aku menoleh kebelakang, menatap Papi dengan heran. "Ada apa?"

"Kita akan kerumah sebelah. Tempat Om Devian dan Tante Adila."

"Ma-maksud Papi?"

"Kami akan menikahkan kalian. Kamu dan Raisya."

"APA?!"

🎮🎮🎮🎮

Nikah muda? Nah apakah Raihan dan Raisya bisa menerima? Masih bocah-bocah loh ini. KTP aja baru di bikin tempat Pak RT. 😂😆😆

Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian. Jangan bosan-bosan author Baperin ya😘

With Love💋

LiaRezaVahlefi

Instagram

lia_rezaa_vahlefii