Chereads / Raihan & Raisya / Chapter 9 - 8. POV Raisya

Chapter 9 - 8. POV Raisya

*Air Botol Mineral Yang Romantis*

🌼🌼🌼🌼

Hawa gerah begitu terasa di tubuhku. Mulutku tersumpal oleh kain yang di lakukan oleh si Raihan. Ya Allah. Ini menyiksa sekali. Tapi begini lah resiko yang harus aku hadapi.

Jika Tom and Jerry bertengkar karena suatu hal lalu kejar-kejaran sampai penyok atau gepeng, maka sama halnya denganku yang saat ini hampir bernasib sama seperti Tom and Jerry hanya karena sebuah kunci motor si kutu kupret Raihan.

Segala hal tentang Kak Bejo, maka aku akan mengusahakannya dan pantang menyerah. Ini demi calon masa depanku yang harus aku perjuangkan meskipun pada akhirnya berakhir dengan kederamaan bersama si Raihan-Raihan kampret ini.

"Hhmmffttttt.. hhmmffttttt!!!"

"Sekarang sudah selesai!" sinis Raihan.

"Hmmmfftttttttt!!!!!!!!" Aku menggoyang-goyangkan tubuhku. Berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas dari jeratan selimut tebal berbau apek ini. Ish, bisa jadi bau apek ini berasal dari air liur Raihan saat dia tertidur.

Aaaaaaaaaa tidak-tidak! Aku harus tetap wangi dan fresh bila bertemu dengan Kak Bejo My Calon Imam!

Raihan tidak banyak berkata. Cowok itu langsung kembali menuju komputernya dan menghidupkannya setelah aku mematikannya dengan sengaja.

Peluh keringat membanjiri tubuhku. Aku melemas. Dadaku begitu sesak karena gulungan selimut tebal ini. Bahkan saat ini aku tidak bisa bergerak sama sekali.

"Hhmmffttttt!!!"

"Hmftfffftttttt!!"

Sayup-sayup aku menatap jam di dinding kamar Raihan. Sudah hampir 30 menit aku terbelenggu seperti belitan ular anaconda versi selimut apek Raihan. My Calon Imam Bejo pasti saat ini sedang menungguku.

Aku melirik kearah Raihan yang memang berhati batu tanpa belas kasih karena sudah mengabaikanku yang derita nestapa ini.

Aku semakin melemah. Jika saat ini aku tiada, mungkin Raihan akan di cap sebagai pembunuh gadis dalam selimut apeknya. Aku tidak memiliki tenaga lagi untuk meronta-ronta.

Tapi..

Hawa udara terasa longgar begitu Raihan melepaskan belitan selimut kampret ini. Aku bernapas lega dan hampir saja kehilangan nyawa diusia ku yang masih muda bahkan belum di halalain oleh Kak Bejo.

"Aaaaahhhh.. akhirnya." ucapku bernapas lega.

Aku terduduk di lantai kamar Raihan. Aku menghapus peluh keringat di dahiku. Mungkin aku butuh istrirahat sejenak dengan menaiki tempat tidur Raihan. Tapi sebelum menaiki tempat tidur empuk itu..

Dengan kasar Raihan menarik lenganku, membuka pintu kamar lalu mendorongku hingga aku tersungkur di lantai.

Dan aku mengaduh kesakitan saat bokongku menyentuh lantai lagi. Aku menatap Raihan dengan kesal "Ya ampun. Jahat banget sih jadi cowok.."

"Justru itu karena aku jahat sebaiknya jangan cari masalah denganku!"

"Tapi-"

Brak!

Pintu tertutup dengan rapat. Aku terkejut sambil mengelus dada. Aku menundukkan wajahku, sepertinya kali ini aku gagal dalam berusaha untuk bertemu Kak Bejo.

Tidak! Aku tidak boleh menyerah! Dengan semangat aku kembali berdiri, menggedor-gedor pintu kamar Raihan.

"Raiiiii!!!! Raihan!!!"

"Plis pinjamkan aku kunci motormu."

BUG BUG BUG, aku semakin kencang menggedor pintu kamarnya.

"Ayolah Raihaaaann. Aku ada perlu dengan Kak Bejo. Sebentar saja. Aku janji.."

"Raihaaaann.. plissssss.."

Aku mengecek jam di pergelangan tanganku. Waktu sudah hampir 45 menit berlalu. Sepertinya tidak ada harapan lagi, gedoranku pun melemah. Selemah diriku yang saat ini pupus harapan.

"Baiklah kalau kamu tidak meminjamkannya, Maaf sudah menganggu waktumu."

Rasanya aku ingin menangis saat ini juga.

"Aku cuma mau ketemu kak Bejo. Itu aja kok. Aku gak punya motor. Adanya cuma mobil. Kak Bejo menolak kalau aku menjemputnya pakai mobilku. Dia menyarankan lebih baik kami menggunakan motor masing-masing. Awalnya aku minta di jemput,, tapi kak Bejo menolakku lagi. Katanya kami bukan mahram, gak boleh bergoncengan di satu motor yang sama."

Aku menarik napas sejenak. Berusaha mengisi udara di rongga dadaku yang sesak penuh kekecewaannya.

"Salahkah jika aku ingin menuruti sarannya dengan mengunakan motor masing-masing? Tapi... Yaudahlah. Aku minta maaf. Aku pergi."

Aku membalikkan tubuhku. Aku hendak melangkahkan kedua kakiku hingga pintu kembali terbuka. Aku menoleh kebelakang dan dengan kasar Raihan melemparkan kunci motor kearahku. Aku meringis karena benda besi itu mengenai perutku.

Tapi tidak lama karena raut wajahku kembali berbinar. "Rai. Kamu berubah pikiran ya? Aku-"

Brak!

Dan pintu tertutup. Aku menatap pintu yang tertutup itu dengan sinis. "Ck, dasar cowok kaku dan dingin!"

Aku tidak peduli dengan hal itu lagi. Masih ada hal penting mengenai My Calon Imam Kak Bejo yang kini sudah menungguku. Karena itu akupun segera menuruni anak tangga dan bertemu dengan Bi ipah.

"Bik! Bi ipah!"

"Ya Allah nonnnn... Sampean ini gimana toh? Kalau bapak sama ibu tau sampean disini apalagi mbak nekat ke kamar Mas Raihan bisa-bisa celaka nonnnn.."

"Iya bik iya! Aduh maaf nih, lagi darurat. Makanya saya nekat."

Aku pergi. Meninggalkan pembantu Raihan yang terlihat panik karena sebelumnya sempat melarang ku naik ke lantai atas untuk ke kamar Raihan. Lalu, aku teringat suatu hal sehingga membuatku membalikan badan.

"Bik! Jangan bilang sama Papa Dokter dan mama dirumahku ya! Ah iya satu lagi, Sama Om Arvino dan Tante Aiza juga. Oke? Byeeeeeeeee Biiiikkk!!!

❣️❣️❣️❣️

Sesuai intruksi alamat yang diberikan oleh kak Bejo, aku mengendarai motor matik milik Raihan dan kini memasuki sebuah gang sempit di daerah padat penduduk.

Setelah melalui gang sempit, aku melanjutkannya dengan melalui jalan yang lumayan besar lalu memasuki sebuah gerbang besar yang bertuliskan pondok pesantren Al-Falah. Pondok pesantren Al-Falah adalah milik kedua orang tua kak Bejo.

Aku menghentikan motor yang aku kendarai tepat didepan sebuah mesjid berkubah hijau. Lalu aku mengirim sebuah pesan singkat pada kak Bejo bahwa aku sudah tiba didepan mesjid.

Aku tidak menunggu waktu yang lama karena kak Bejo sudah terlihat dari kejauhan dan aku menatap takjub karena saat ini kak Bejo menggunakan sarung dan baju Koko kemudian sebuah peci berwarna hitam.

"Asalamualaikum Raisya. Maaf ya jadi merepotkan."

Dan aku memperhatikan senyumnya yang manis. Aku terkesima oleh raut wajahnya yang memancarkan kesolehannya.

"Tadi cari alamat saya susah gak?"

Bayangan tentang di lamar oleh pria Soleh seperti kak Bejo kini berseliweran di otakku. Padahal aku masih sekolah. Lulus saja belum, tapi sudah memikirkan menikah.

"Raisya???"

"Eh?" Dan aku merutuki kebodohanku yang tertangkap basah melamun menatap wajahnya.  "Ah. E-enggak kok kak."

Bejo tertawa lalu mengajakku kerumahnya. Aku mengendarai motor Raihan dengan pelan sementara kak Bejo berjalan disampingku.

"Kita kerumah dulu ya. Sekalian saya mau siap-siap dulu sebelum ke keperpustakaan."

"Iya kak. Em kakak habis dari pesantren ya?"

"Iya nih. Biasalah, rutinitas saya kalau lagi libur ya ajarin anak-anak mengaji."

"Masya Allah.. boleh gak aku diajarin mengaji juga sama kakak? Aku siap kok suatu saat kakak ngajarin aku mengaji setelah kita halal." Doaku dalam hati dan jantungku sudah berdetak sangat kencang saat ini.

"Ini rumah saya. Maaf ya. Rumah saya gak besar. Saya harap kamu merasa nyaman bertamu disini."

Aku mematikan motor Raihan. Lalu memperhatikan rumah Kak Bejo yang sederhana namun terlihat adem karena banyaknya pohon dan tanaman-tanaman disekitar rumahnya.

"Asalamualaikum. Abi, Umi."

Dan aku melihat kedua orang tua Kak Bejo yang sedang duduk santai di teras rumah.

"Wa'alaikumussalam. Bejo, kamu sudah selesai mengajar ngaji nak?"

"Alhamdulillah sudah umi. Ah kenalin ini Raisya. Adik kelas Bejo mi di madrasah."

Tatapanku dan tatapan ibu Bejo bertemu. Sementara Ayah Bejo hanya tersenyum tipis kearahku. Kami sempat terdiam sesaat. Beliau terlihat menatapku waspada.

"Umi jangan mikir macem-macem ya. niat dia baik kok kesini. Kami mau berangkat ke perpustakaan. Ada perlu, tapi Raisya singgah kesini dulu untuk silahturahmi."

"Oalah.. Gitu toh." Ibu Bejo beralih menatapku. "Ayo cah ayu. Ayo masuk. Anggap saja rumah sendiri."

Dan rasanya hatiku berbunga-bunga saat ini juga. Lagi-lagi pemikiran tentang ibu mertua sudah terbayang di otakku.

Ya Allah, kalau sudah lampu hijau gini aku mah sudah gak sabar pengen nikah meskipun masih 17 tahun. Wkwkwkw.

❣️❣️❣️❣️

"Alhamdulillah ya kita sudah sampai."

"Alhamdulillah iya nih kak."

Aku mematikan mesin motor Raihan bersebelahan dengan motor kak Bejo di parkiran perpustakaan.

Hawa terik begitu terasa karena hari ini cuaca begitu panas dan musim kemarau. Aku mengelap keringat di dahiku. Tak apa lah panas-panas gini yang penting sama kak Bejo. Bahkan dengan bersama My Calon Imam Kak Bejo saja suasana hatiku serasa adem.

"Nih, buat kamu."

Aku terdiam begitu tanpa diduga Kak Bejo mengulurkan sebotol air mineral dingin kearahku.

"Cuaca lagi panas. Saya gak mau kamu sampai lelah apalagi kehausan. Maaf ya, aku cuma bisa kasih kamu air mineral. Bukan Jus atau semacamnya."

Dengan jantung berdegup kencang aku menerima air botol mineral dingin itu sambil menahan senyum. Pipiku terasa merona saat ini dan aku menunduk malu.

"Yuk kita masuk perpustakaan."

"Iya kak."

Dan aku mengangguk semangat dan berjalan di belakang Kak Bejo sambil memeluk erat air botol mineral itu. Air botol mineral pemberian kak Bejo adalah sejarah teromantis untukku dan sampai rumah aku harus menyimpannya. Jangan sampai hilang. Kalau perlu aku museum kan!

❣️❣️❣️❣️

*Seorang pria terlihat menatap waspada disekitarnya.. memastikan bahwa semuanya aman. Matanya terpaku pada sebuah kunci motor matik yang masih bertengger di motor tersebut. Setelah situasi aman, dengan cepat ia melancarkan aksinya, Mengendarai motor matik tersebut ke arah luar parkiran dengan perasaan puas karena telah berhasil mencuri sebuah motor matik di parkiran perpustakaan....

❣️❣️❣️❣️

Wkwkw astaga , Kalau sudah jatuh cinta memang melupakan segalanya. Termasuk kejadian yang tanpa Raisya sadari saat ini.

Pelupa yang membawa petaka.

😑😐

Terima kasih.

Sehat selalu buat kalian.

With Love 🖤

LiaRezaVahlefi

Instagram ; lia_rezaa_vahlefii