Hanifa menepikan motor di halaman rumah shohibul musibah. Suasana masih ramai oleh para pelayat. Sepertinya jenazah pun baru selesai dimakamkan.
"Assalamu'alaikum," ucap Hanifa saat ia sudah berada di depan rumah shohibul musibah.
"Waalaikumsalam, silakan masuk, Neng." Seorang wanita paruh baya mempersilakan Hanifa masuk.
Hanifa tersenyum hangat dan ramah. "Terima kasih, Bu. Saya ke sini hendak menyusul Umi Jannah."
"Oh, santrinya, ya? Itu, Uminya ada di dalam," ucap wanita paruh baya itu seraya menunjuk ke dalam.
Hanifa mengangguk sopan. Ia pun lantas melangkahkan kakinya masuk ke rumah shohibul musibah. Di bagian ruang depan, para ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul memenuhi ruangan itu. Sepertinya keluarga shohibul musibah yang baru pada datang.
Begitu Hanifa melihat Umi Jannah, ia pun bergegas mendekati gurunya itu. "Umi."
Umi Jannah menoleh. "Ya? Kok sudah jemput. Umi 'kan belum nelepon." Ia menatap heran pada khodimnya.