Sesampainya di rumah, Safira langsung masuk ke dalam kamarnya. Riak kekecewaan terpancar dari wajah cantiknya. Apa boleh buat, sesuatu yang dicari ternyata tidak berhasil didapati.
Safira mendudukkan bokongnya di tepi ranjang. Bibirnya tak henti mengerucut dari tadi. Bayangan es serut sungguh berada di atas kepalanya. Berputar-putar seperti rollercoaster. Namun, sayang sekali hari ini ia tak mendapat rezeki itu. Tak ada satu pun penjual es serut yang ia temui. Tentu saja hal itu sangat membuatnya kesal dan kecewa. Padahal, ia sangat ingin menikmati es serut itu.
"Giliran apa pun yang aku mau, pasti nggak ada. Huh!" keluh Safira seraya mengayun-ayunkan kakinya. Ia benar-benar kesal hari ini. Ingin rasanya ia menangis, namun sungguh itu hal konyol yang akan membuatnya tertawa geli ketika mengingat hal itu. Bila mana terjadi.
"Kenapa cemberut begitu sih, Neng?" tanya Ustadz Uwais seraya meletakan kunci mobilnya.