Safira tampak menunduk dan memainkan ujung hijabnya. Ucapan sang mantan membuatnya sedikit tersinggung dan merasa perkataan itu bertujuan padanya. Ya, karena Ardi pernah mencintainya dan ingin menikahinya. Namun, ternyata Allah berkehendak lain. Rupanya, ada seorang lelaki yang telah Allah pilih untuk menjadi suaminya.
"Tidak apa-apa. Santai saja ya," ucap Ustadz Uwais pada istrinya dengan suara yang tampak berbisik. Ia menggenggam erat tangan istri cantiknya itu dan mengulas senyuman hangat nan manis.
Safira tersenyum hangat dan mengangguk pelan. Tentu saja ia selalu baik-baik saja ketika berada di dekat suami tercintanya. "Iya, suamiku." Ia membalas dengan lembut dan berbisik.
Suasana terasa hening sesaat, semua orang tak ada yang berbicara. Hanya jarum jam yang berputar membelah waktu ke waktu. Ardi menunduk dan bingung harus bicara apa lagi. Ia sudah mengenalkan calon istrinya itu pada gurunya, Umi Jannah, kedua orang tua Safira dan kepada Safira sendiri.
