Safira tampak meletakkan kedua tangannya di dadanya. Mendengar Ustadz Karim menyuruhnya untuk keluar, ia begitu deg-degan dan salah tingkah. Setelah ini, Ustadz tampan yang sudah sah menjadi suaminya itu akan menyematkan cincin pernikahan pada jari manisnya. Setelah ini pula ia akan menyentuh tangan lelaki tampan pujaan hatinya untuk pertama kalinya.
"Maa syaa Allah. Ayo Teh kita ke luar. Itu Aa nya sudah tidak sabar katanya mau melihat Teteh. Hehehe," ucap Hanifa dengan senyuman penuh kebahagiaan.
Safira tersenyum manis dan begitu malu. Ia pun mengangguk lalu menarik napasnya dalam dan membuangnya perlahan. "Kenapa tidak sabar, ya Han? Padahal 'kan kami sudah sering bertemu. Hehehe." Ia terkekeh.
