Chereads / Bilik Kontrakan / Chapter 20 - Episode 19: Selimut selingkuh

Chapter 20 - Episode 19: Selimut selingkuh

Ranti nampak sudah lupa dengan Dadang, bahkan Dafi sudah diajak ke rumah Aryo. Di rumahnya Aryo, Ranti sudah tidak seperti orang yang bekerja lagi, dia lebih sering memadu kasih bersama Aryo di kamarnya.

Tapi dengan cekokan uang tutup mulut dari Aryo nampak senang karena ada biaya tambahan, kendati tugasnya bertambah untuk mengajak Dafi bermain keluar tak kala Ranti dan Arya bersatu dalam birahi.

"Tat, ajak Dafi main dulu ke depan. Itu kan ada motor saya, kamu beli aja yang perlu."

Tati tahu kalau Aryo menyuruhnya untuk melaksanakan niatnya.

"Iya pak."

"Ayo Dafi, kita ke minimarket. Kamu tinggal pilih saja yang kamu mau. Uangnya dari om Aryo."

"Lho kok om?" Aryo kaget.

Ranti menyubit pinggang Aryo, dia tidak ingin Dafi mengetahui kalau Aryo adalah ayah kandung dari Dafi setidaknya dalam waktu-waktu dekat.

Usai Tati dan Dafi pergi, maka dengan beringas Aryo mencumbu Ranti. Tentu saja Ranti sudah tidak menolak dan cenderung begitu menikmati apa yang sedang terjadi.

Kocokan pada area selangkangan Ranti tidak mampu ditahan untuk mendesah, Aryo begitu gagah dengan tangan kiri yang mampu membuat Ranti orgasme di awal.

"Sudah lelah sayang?"

"Heeh, tapi enak Ar."

"Kita mulai?"

Aryo mengedipkan matanya untuk meminta persetujuan kalau dirinya siap menggagahi Ranti, Aryo nampak ingin sekali memiliki Ranti seutuhnya. Maka setiap kalau berhubungan badan tidak ada pengaman sama sekali.

"Ranti sebelum aku memasukkan penisku, aku mau tanya?"

"Tanya apa sih Ar?"

"Kamu pakai KB?"

"Iya, aku minum pil KB."

"Mulai hari ini kamu gak perlu minum pil KB lagi, aku ingin kamu hamil anakku."

"Ta..tapi Ar. Aku takut."

"Takut apa?"

"Aku takut kamu meninggalkan aku ketika aku hamil nanti."

Aryo pun dengan sempurna memasukkan penisnya pada vagina Ranti.

"Ahhh..."

"Kalau perlu kamu hamil lebih dari 4 anak pun aku akan bertanggungjawab."

Lega rasanya Ranti mendengar ucapan dari Aryo, kini dalam hatinya jelas ingin lepas dari Dadang. Tapi itu akan sulit mengingat adanya Desi yang merupakan adik dari Dafi, hal itu bukan tanpa alasan karena Desi adalah anak murni dari hubungan intim dengan Dadang.

---

Suara ramai warga nampak riuh tak kalau dia insan tanpa busana diseret kedepan rumahnya.

"Pak RT, masa di kampung kita ada praktek asusila?" Teriak salah satu warga.

Pak RT yang bernama Sugeng tersebut nampak kikuk, dia tahu dirinya sendiri pernah menikmati tubuh Risa yang kini berada di depan rumahnya bersama Burhan.

"Tolong tenang dulu, Bu minta sarung buat nutupin dek Risa sama..." Teriak Sugeng kepada istrinya.

"Burhan, nama saya Burhan."

Risa nampak memendam kemarahan kepada Sugeng, dia tidak lebih biadab dari Burhan yang telah menodainya.

"Sebenarnya ada apa ini?" Tanya Sugeng

"Pak Dadang ayo ceritakan?" Tegas salah satu warga.

Dadang pun bercerita kalau dirinya memergoki Risa bersama pria lain di kontrakan milik Usman.

"Apa benar itu semua nak Aldi?"

Aldi kaget karena tiba-tiba saja Sugeng bertanya kepadanya, dia bingung siapa yang harus dia bela.

"Sa..saya. Begini pak RT lebih baik kita bicarakan didalam tanpa harus ada warga yang tahu."

"Kami juga harus tahu." Teriak salah satu warga.

Aldi pun masuk ke dalam rumah Sugeng dan tentunya bersama Dadang, Risa dan Burhan.

----

Ditempat lain Usman memanfaatkan kericuhan ditempat Sugeng, dia lebih ingin menemui menantunya.

"Sifa!"

Sifa begitu kaget karena Usman masuk ke dalam rumahnya dengan tanpa diketahui olehnya, ciuman ganas langsung dirasakan oleh bibir Sifa.

"Bapak? Itu ada Aldi!"

"Aldi masih ngurusin Risa."

"Terus bapak mau apa?"

"Sperma bapak udah penuh nih, siap menuhin vagina kamu."

"Gak pak, bapak jangan terlalu nekad!"

Usman yang sudah gila akan birahi tanpa basa-basi membawa Sifa ke kamarnya guna menuntaskan hasratnya.

"Ahhh..."

Sifa tidak dapat menahan untuk mendesah tak kala jilatan pada lehernya dilakukan oleh Usman begitu penuh nafsu, air liur Usman memilki daya pikat tersendiri bagi Sifa.

"Pak? Kalau Aldi kesini gimana?"

"Ya kamu tinggal bilang saja kalau kamu lagi hamil anak bapak, terus kamu mau menikah dengan bapak."

Enteng rasanya bagi Usman untuk berkata seperti itu, tapi bagi Sifa itu adalah sebuah pelecehan yang menyakitkan.

"Plakk"

Sifa tampar pipi kanan Usman, hal itu jelas membuat Usman kaget.

"Pergi pak!"

Watak Usman yang keras sebenarnya ditakuti oleh Sifa, tapi entah kenapa Usman pada saat itu langsung memakai pakaiannya dan hendak pergi meninggalkan Sifa.

"Sifa, kamu akan menyesal telah melakukan itu semua pada bapak."

----

"Jadi mertua kamu yang jual kamu, terus dia kemana sekarang?" Tanya Sugeng.

Kesal rasanya Risa kepada Sugeng seolah-olah menjadi orang suci, Aldi yang peka seolah tahu kalau Sugeng ada hubungannya dengan peristiwa ini.

"Kita telepon Adam biar semuanya jelas!"

Usai Aldi berkata seperti itu Sugeng nampak mengeluarkan keringat dingin.

"Apa itu keputusan terbaik?" Tanya Sugeng.

"Ya, dia harus siap dan tahu kalau istrinya telah dijual dan nikmati oleh orang-orang brengsek."

Sugeng terasa tersindir akan ucapan Aldi, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkan gerak-gerik yang mencurigakan.

"Assalamualaikum mas Adam."

"Iya mas Aldi, kenapa?"

"Mas bisa pulang sebentar, itu masalah darurat."

"Oh, sebentar lagi saya pulang."

Adi menghela nafas usai menelepon Adam.

"Saya pulang duluan ya." Ucap Dadang.

"Pak Dadang, tunggu sebentar dong. Palingan bentar lagi mas Adam pulang."

"Nak Aldi, saya lapar. Gak biasanya Ranti belum belum pulang. Lagian saya juga palingan minta sama Eko."

Saat itu juga Aldi ingat kalau Sifa ditinggalkan dirumahnya, saat kejadian dia menyuruh Sifa untuk tinggal dirumahnya.

"Kita pulang bareng pak Dadang, istri saya juga ditinggalkan."

Dadang pun kembali duduk di kursi, sementara para warga masih menunggu diluar rumah Sugeng.

----

"Mas, aku pulang dulu ya. Ini udah sore, nanti mas Dadang nyariin."

"Ya udah kalau gitu, tapi kamu mandi dulu dong."

"Iya ih, nih badan udah bau kaya apa gitu. Kamu sih nafsu banget mas."

"Ya masa sama calon istri sendiri gak nafsu, oh ya jangan minum pil KB lagi ya, kamu harus hamil anak aku. Dafi harus punya adik dari darah dagingku." Ujar Aryo sembari memeluk Ranti dari belakang.

Ranti pun keluar dengan daster pendek, disana dia melihat Tati dan Dafi ada ruang tengah. Dia hendak mandi karena badannya sudah tidak nyaman dan lengket akan keringat.

Tiba-tiba saja dia dikagetkan karena Aryo masuk dengan memakai celana dalam saja.

"Ih kamu mas, keluar kamar gitu doang."

"Kenapa harus malu, Tati juga pernah merasakan penis aku."

"Tapi mas, kalau aku jadi istri kamu. Aku gak mau kalau kamu masih main sama wanita lain."

"Aku janji gak bakalan lakukan itu, apalagi kalau kamu hamil anakku."

Sampai 15 menit mereka mandi bersama dan ketika keluar kamar Dafi sudah ada di depan mereka, baik Ranti maupun Aryo malu bukan main karena mereka hanya berbalut handuk saja.

"Ibu sama om udah ngapain?"

Bersambung