Dua hari tidak menemui Sifa gatal rasanya bagi Usman untuk menuntaskan birahinya, sekitar jam 8 dia melihat kontrakan yang di tempati oleh Sifa tidak ada motor Aldi. Disisi lain di mendengar ada suara orang lain berada di kontrakan yang di tempati oleh Risa.
Matanya celingukan melihat kesana kemari, Usman nampak sangat mengamati situasi di pagi itu. Di berjalan menuju belakang melalui gang yang telah dia buat. Ketika di hendak membuka pintu dapur milik Sifa rupanya pintunya masih terkunci. Usman heran kenapa Sifa masih mengunci pintunya di pagi itu.
"Sifa, ini bapak. Buka pintunya nak!" seru Usman.
Sifa masih larut dalam kesedihan, semalam dia menunggu Aldi yang tak kunjung datang. Dia sendiri sampai tertidur di ruang tengah di depan televisi tanpa selimut dan bantal.
"Bapak?" tanya Sifa.
"Iya, buka pintunya." ujar Usman.
Sifa pun membuka pintu belakang dan Usman langsung masuk ke kontrakan, Usman langsung memeluk Sifa dari belakang.
"Apaan sih pak?" tanya Sifa sambil menggeliat.
"Bapak sudah gak tahan pingin main sama kamu." ujar Usman.
"Saya gak enak badan, pak." jawab Sifa dengan lembut.
"Bagaimana kalau bapak pijit?" tanya Usman.
"Gak usah pak, biar saya istirahat saja. lagipula saya takut kalau Aldi pulang pagi ini." ujar Sifa.
Usman yang sudah bernafsu jelas tidak menggubris omongan Sifa pada saat itu, dia langsung menarik tangan Sifa ke kasur yang terlihat masih rapi.
"Ayo kamu tengkurap!" seru Usman.
"Tapi pak...." sanggah Sifa.
Karena terlalu lama akhirnya Usman yang berinisiatif untuk menariknya ke kasur, Sifa yang masih memakai daster langsung di telanjangi dan hanya memakai pakaian dalam saja. Sementara itu Usman dengan percaya diri membuka seluruh pakaiannya dan terlihat penisnya sudah berdiri tegak.
"Lho kok telanjang pak?" tanya Sifa yang kaget.
"Biar pijitan bapak makin kuat kalau telanjang gini " jawab Usman.
Usman mulai memijat tubuh Sifa penuh kelembutan, mulai dari bagian atas sampai bagian bawah. Sifa sendiri tidak sadar kalau dirinya sekarang sudah tidak berbusa sama sekali. Bahkan ketika Usman merenggangkan kakinya, Sifa nampak pasrah dengan apa yang Usman lakukan.
"Ahh."
Sifa mendesah tak kalau jemari Usman mulai bermain di area vaginanya, terutama bagian bibir yang membuat Sifa ikut terbawa suasana.
"Bapak sudah gak tahan." ujar Usman.
Usman sudah memposisikan dirinya untuk melakukan penetrasi ke dalam lubang vagina Sifa, cairan yang di keluarkan Sifa sudah nampak banyak. Bau pesing dari lubang vagina Sifa semakin membuat Usman lupa daratan.
"Baru pulang mas Aldi?"
Terdengar sapaan dari Risa kepada Aldi yang baru pulang, Sifa nampak panik dengan yang terjadi sekarang.
"Pak, cepat pakai pakaian bapak!" seru Sifa.
"Bapak sudah gak tahan nak, sebentar saja." jawab Usman.
Usman yang sudah bernafsu langsung menancapkan penisnya masuk ke dalam lubang vagina Sifa, hal itu lantas membuat Sifa agak menjerit yang terdengar oleh Aldi yang sudah ada di teras kontrakan.
"Sifa?" teriak Aldi dari luar.
Tak lama berselang Sifa keluar dengan kondisi acak-acakan.
"Habis ngapain kamu?" tanya Aldi penuh emosi.
"Aku..."
Aldi yang kesal segera masuk dan melihat isi kontrakan, tidak ada siapa-siapa di dalam sana.
"Tadi aku dengan kamu menjerit, kenapa kamu?" tanya Aldi dengan nada yang masih kesal.
Lantas Sifa menunjukkan jari telunjuknya, disana terlihat adanya darah seperti teriris sesuatu..
"Jari tangan kamu kenapa?"
Aldi yang tadinya emosi lambat laun menurun tensinya, terlihat wajah penuh kekhawatiran tak kala melihat jari Sifa berdarah.
"Maafkan aku, aku pikir kamu melakukan..." ujar Aldi.
"Melakukan apa Di?" tanya Sifa.
"Oh tidak, aku istirahat dulu ya." jawab Aldi.
Aldi pun masuk ke kamar dan hidungnya langsung mencium aroma khas persetubuhan, bahkan tercium aroma ludah di sekitaran bantal. Ketika dia mencari-cari sesuatu yang membuktikan kalau Sifa selingkuh akhirnya dapat dia temukan, sedikit cairan beraroma pandan tepat berada di area selangkangan dimana dia tertidur sekarang.
"Sudah kuduga, siapa lelaki itu Sifa?" Aldi mengumpat penuh amarah.
Aldi kemudian kembali keluar dari kamarnya, hal itu membuat Sifa heran. Karena dia tahu kalau Aldi akan langsung tidur apabila mencium bantal.
"Gak jadi tidur?" tanya Sifa.
"Aku ke sekolah dulu ya, barusan ada panggilan buta ganti guru yang gak masuk. Lagipula kasurnya bau keringat." ujar Aldi.
Sifa menelan ludah, keringat dingin langsung menerpa Sifa yang sudah seperti telur di ujung tanduk.
"Kamu kenapa?" tanya Aldi.
"Gak apa-apa Di." jawab Sifa.
"Ya sudah aku berangkat dulu." ujar Aldi yang berlalu tanpa ciuman kening seperti biasanya.
----
Siang hari seusai bekerja di pabrik Ranti segera siap-siap untuk pergi menuju apa yang disebutkan oleh Tati. Tidak lupa Ranti memberi amanat kepada Dafi untuk menjaga adiknya selama dia kerja tambahan.
Singkat cerita Ranti sudah sampai pada alamat dimana Tati bekerja, disana dia langsung disambut oleh Tati yang berpenampilan acak-acakan.
"Kamu kerja apanan sampai kaya gitu?" tanya Ranti.
"Biasa Bu, sibuk kalau kerja di dalam." jawab Tati.
Ranti yang tidak mencurigai apapun segera masuk ke dalam rumah, betapa kagetnya dia ketika melihat adanya seorang pria hanya memakai celana dalam berada di ruang tengah.
Ranti jelas kikuk melihat hal itu, pria yang membelakangi Ranti dari tadi akhirnya berbalik badan dan membuat Ranti kaget.
"Aryo?" tanya Ranti.
"Hai Ran, selamat datang di rumah ku." jawab Aryo.
Ranti yang merasa ditipu oleh Tati hendak pergi, tapi Tati kembali meyakinkannya untuk tetap bekerja. Lagipula Ranti hanya bekerja dua jam dan hanya menyetrika pakaian milik Aryo.
Walaupun ragu akhirnya Ranti setuju dengan syarat Tati berada disampingnya selama dia bekerja, Tati setuju dengan apa yang di minta oleh Ranti.
Ranti mulai menyetrika pakaian milik Aryo, dia sedikit terkesima tak kala menyetrika celana dalam Aryo yang bolong di bagian depan. Dia tahu kalau itu celana dalam yang memudahkan untuk bercinta.
Awalnya Ranti dan Tati sambil mengobrol juga menyetrika pakaian, sampai Aryo memanggil Tati untuk membersihkan kamar mandi yang agak kotor.
Dengan segera Tati beranjak kesana, Ranti mau tidak mau harus bekerja sendiri. Cukup lama menunggu Ranti menyadari kalau ada seseorang yang berada di belakangnya.
"Sudah bersihkan kamar mandinya?" tanya Ranti.
"Ran"? tiba-tiba saja Aryo memanggil namanya.
Ranti membalikan badannya dan melihat Aryo masih memakai celana dalam saja, bahkan dia memakai celana dalam yang memiliki bolong di tengahnya. Mau tidak mau Ranti melihat penis Aryo yang sudah membesar dan menyeruak keluar dari celana dalam.
"Aryo, mau ngapain?" tanya Ranti.
Aryo tersenyum licik dan tiba-tiba saja Aryo langsung menindih Ranti, setrika yang dari tadi dipegang oleh Ranti lepas begitu saja karena Ranti harus menahan tubuh Aryo yang berat.
"Mau apa kamu Aryo?" bentak Ranti.
"Dulu mas Dadang merebut kamu dari aku dengan cara seperti ini bukan, aku juga tahu kalau Dafi adalah anakku." ujar Aryo..
"Gak, Dafi anak Dadang." sanggah Ranti.
"Kalau begitu aku mau punya anak dari kamu Ranti." ujar Aryo.
Ranti benar-benar harus berjuang keras menghadapi Aryo yang coba untuk menyetubuhinya, tenaga Aryo memang perkasa dan Ranti bagai kain yang rentan terhadap api.
Ketika terdesak parah, Ranti melihat ke arah pintu dan melihat Tati ada disana.
"Mbak Tati, tolong saya!" seru Ranti.
Bukannya menolong justru Tati tersenyum licik dan menutup pintu kamar ruang setrika tersebut.
"Tati sudah sering melakukan ini dengan ku, sebelum kami datang kami sudah melakukan juga." ujar Aryo.
Ranti sudah tidak bisa berbuat apa-apa kali ini, tenaganya sudah habis karena seharian kerja dan ditambah melawan tubuh Aryo yang kekar.
"Ahh .."
Ranti tak kuasa untuk mendesah tak kala penis Aryo sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam lubang vaginanya. Terlihat dia menggigit bibir bawahnya karena menahan sakit yang diakibatkan oleh ukuran penis Aryo yang beda jauh dengan Dadang.
Selama setengah jam Aryo menggagahi Ranti dengan penuh semangat, semburan sperma di dalam rahim Ranti membuatnya was-was. Karena selama ini Ranti tidak pernah KB dan melakukan KB kalender saja.
Selanjutnya Ranti sudah ditunggu Tati diluar kamar, terlihat Tati sedang menghitung uang pemberian Aryo.
"Kerja kamu bagus Tati, kamu sudah mengabadikan semuanya kan?" tanya Aryo.
"Beres pak." jawab Tati.
Ranti dengan keadaan lemas segera memakai pakaiannya yang berserakan di lantai, vaginanya teras ngilu sekali bahkan lelehan sperma Aryo masih keluar dari sana.
"Ayo bu kita pulang, nanti pak Dadang keburu datang!" seru Tati.
Ranti yang murka enggan menyapa Tati yang telah menjebaknya, bahkan Ranti memalingkan wajahnya dari Tati.
"Jangan gitu sama sama Bu, sekarang ini saya punya rahasia ibu. Bahkan saya punya video sedang berhubungan badan dengan pak Aryo." ujar Tati.
Teras tersambar petir mendengar apa yang dikatakan oleh Tati, Ranti merasa dirinya sangat bodoh karena dapat diperdaya oleh Tati. Sepanjang jalan menuju rumahnya Ranti nampak dalam keadaan gelisah, dia tahu kalau Aryo akan melakukannya lagi. Terlebih sekarang Tati memiliki video dirinya sedang berhubungan badan dengan Aryo.
Bersambung