Chereads / Tamu : Teror Tengah Malam / Chapter 2 - Chapter 1 : Awal Dari Teror

Chapter 2 - Chapter 1 : Awal Dari Teror

1 Tahun kemudian....

Kisah ini beralih kesebuah keluarga disebuah rumah yang lumayan besar dan memiliki dua tingkat disebuah pedesaan. Kebetulan rumah mereka jaraknya agak dekat dengan jalan raya, tetapi rumah-rumah disana saling berjauhan.

Dan lewat pukul 20:00 malam, situasi disana sudah sangat sepi. Tapi, jarak kota dari sana lumayan dekat. Jadi kita mereka ingin membeli sesuatu, mereka bisa pergi ke supermarket di kota.

***

Malam itu seorang perempuan cantik, berambut panjang yang bernama Sasha bercermin sambil memilih baju yang cocok buat malam mingguan, malam itu Sasha diajak jalan oleh pacarnya. Pacarnya yang bernama Ronald sering sekali mengajaknya keluar rumah saat malam. Mungkin bagi Sasha itu adalah hal biasa dalam sebuah hubungan.

Tapi tentu saja tidak bagi keluarganya, terutama ayahnya tidak bisa menerima. Anak perempuan satu-satunya harus terjerumus kedalam dunia malam. Yang tentu saja, itu sangat tidak baik untuk seorang perempuan yang baru lulus sekolah.

Kriingg... Kringgg

Ponsel Sasha berdering di atas kasurnya. Sambil bercermin Sasha terlihat sebal dengan telepon dari pacarnya yang bernama Ronald, "Kenapa sih? Bawel banget nih orang!" Kesalnya sambil mengambil ponselnya.

Sasha mengangkat telepon dari Ronald dengan wajah sebal, "SABAR!" Katanya ngegas.

Sasha lalu menutup teleponnya itu dan menaruhnya di atas kasurnya, malang sekali nasib pacarnya. Sasha orangnya emang gampang emosian. Sepertinya, dunia malam merubah sikapnya 180 derajat. Karena awalnya Sasha orangnya baik sekali.

Setelah merasa keren, Sasha pun mengambil ponselnya kembali dan bersiap untuk pergi. Namun, ketika dia membuka pintu, ayahnya sudah berdiri di balik pintu.

Dengan memasang datar ayahnya bertanya padanya, "Kamu mau kemana?" Tanyanya Santai sambil menatap Sasha.

Sasha tatap terlihat gugup sambil sesekali menundukan kepala, "Eee itu.."

"Sudah ayah duga. Pokonya, kamu gak boleh ketemuan lagi sama si Ronald itu. Dia anak yang gak baik buat kamu, kamu itu perempuan. Perempuan gak baik jalan malam. Apalagi berduaan sama lelaki, ayah gak mau terjadi sesuatu sama kamu." Tegas ayahnya Sasha.

Sasha berusaha meyakinkan dengan wajah melasnya, "Tapi yah... Gak kan apa-apa kok. Kita cuma mau..."

Belum selesai berbicara ayah Sasha memotong pembicaraan, "Pokonya, malam ini kamu gak boleh keluar dari kamarmu!"

Ayah Sasha mengurung Sasha didalam kamarnya. Sasha terus mengedor-gedor pintu sambil terus berbicara, "Tapi yah.. Sasha janji gak akan ngapa-ngapain. Sumpah deh. Yah!? Ayah!?" Teriak Sasha.

Malam itu Sasha dimarahin habis-habisan oleh ayahnya, "Pokonya, mulai malam ini dan seterusnya. Ayah gak akan mengijinkan kamu keluar malam, apalagi sama si Ronald itu!" Tegas ayahnya Sasha.

"Tapi yah! Ayah!..."

Belum selesai Sasha bicara, ayahnya pergi dari lantai dua dan turun ke bawah. Alhasil saat itu, malam minggu Sasha tidak bisa asik-asikan sama pacarnya, dan sialnya Sasha sudah tidak tahan menahan rasa sangenya.

"Sial! Bokap bangsat!!" Umpat Sasha sambil melempar bantal yang ada di sekitarnya.

Sempat terpikir dibenak Sasha untuk keluar dari jendela. Tapi walaupun Sasha orangnya tomboy, dia orangnya penakut. Lagian, siapa yang mau membahayakan nyawanya demi bisa asik-asik sama pacarnya.

"Aaaaaaa.... Sial!"

Sasha bener-bener kesel saat itu, jenuh dan sange bercampur menjadi satu. Dan yang bikin dia semakin kesal adalah dari tadi pacarnya menelepon dia terus. Kayanya tiang milik pacarnya Sasha sudah mengeras dari tadi. Dengan wajah sebal, Sasha terpaksa mengangkat telepon dari pacarnya itu.

"Gak bisa malam ini! Gue dikurung dikamar sama bokap gue!" Kata Sasha kesel.

"Kabur aja.." Titah Ronald Sasha terdengar meremehkan.

"Iya, kabur. Gampang sekali lo ngomong, kaya yang gak punya dosa aja lo. Heh! Kalau gue kabur, gue bakalan diusir dari rumah." Kata Sasha semakin kesel.

"Gak papa diusir juga. Tinggal aja sama aku disini." Jelas Ronald terdengar bahagia.

"Emangnya lo mau nafkahin gue?" Tanya Sasha dengan nada ngejek.

"Hohoho ya pasti dong." Jawab Ronald merehkan lagi.

Sasha pun mendekati jendelanya dan melihat ke bawah, "Gila tinggi juga! Lagian gue gak akan berani turun nya juga beb. Terlalu tinggi bagi gue." Kilahnya.

"Emmm coba pake tali, mungkin bisa?" Saran Ronald.

"Gila lo ya ngasih saran. Mau gue mati loh, jatuh dari sini heh?" Kata Sasha Sambil ngegas.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengagetkan Sasha, "Heh siapa sih? Siapa?!" Tanya Sasha kesal.

"Kak. Ini aku Romy." Jawab Romi.

Romi adalah adik lelaki Sasha yang masih berusia 9 tahun, rambutnya yang seperti tokoh karakter dora. Membuat Sasha selalu menghina adiknya sendiri.

"Ouhh kamu Rom, Romi si anak manja?! Mau apa Rom?" Tanya Sasha sambil mengejek.

"Ngomong sama siapa?" Tanya Ronald

"Itu adek gue. Si Romi." Jawabnya.

"Kak. Aku.... Mau ngambil komikku bolehkan?"

Sasha menghela nafas, "Iya, masuk aja. Dikunci diluar tuh."

Romi pun membuka kunci kamar Sasha. Romi adalah anak yang baik, tidak seperti kakanya. Tapi Romi selali saja di manfaatkan oleh Sasha, beberapa hari yang lalu Romi membeli komik dari toko buku di dekat sekolahnya, tetapi belum sempat Romi baca komik itu, Sasha langsung mengambil komiknya itu.

Bahkan kadang Sasha menyuruh Romi untuk meminta uang jajan kepada orang tuanya, yang sebenarnya uang jajan itu adalah untuk Sasha. Entah kenapa orang baik dan jujur selalu saja mudah untuk dimanfaatkan.

Romi memasuki kamar sasha sambil terlihat ketakutan dan menunduk. Dia terlihat mondar-mandir, karena tidak tau dimana letak buku komiknya itu, sepertinya Romi ingin menanyakan dimana komiknya. Tetapi entah karena segan, dia menahan pertanyaannya itu.

Sasha memperhatikan tingkah lucu adiknya itu sambil tersenyum, "Hahaha.. katakan peta, katakan peta. Lagi apa? Itu bukunya di rak buku." Ejek Sasha sambil ketawa nunjuk ke arah rak.

Romi pun berlari ke arah rak buku dan mulai mencari buku komiknya. Dia terlihat terburu-buru seperti sedang panik atau mungkin tidak sabar untuk membacanya.

"Gimana? Ada gak bukunya? Jangan diacak-acak gitu dong." Kata Sasha memperhatikan Romi.

Romi mulai memperlambat gerakannya. Tampaknya dia bener-bener takut sama kakaknya, dia terus mencari komiknya itu. Dan akhirnya setelah beberapa menit dia menemukan bukunya.

"Nah itu bukunya, udah sana pergi hus hus!!"

Setelah menemukan komiknya, Romi pun berlari dari kamar Sasha dan menutup pintunya dengan cepat. Disini ada yang Romi lupakan, dia tidak mengunci kembali kamar Sasha.

"Halo.... Beb?" Suara Ronald.

Sasha mulai memiliki ide yang dia kira akan bagus, "Bagus Romi. Aku akan perlahan keluar dari kamar ini."

Sasha pun berjalan perlahan menuju pintu kamarnya, dia berniat untuk kabur dari rumahnya malam ini. Sepertinya, demi memuaskan nafsunya. Dia rela untuk dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.

Kreekkk....

Belum sempat dia membuka pintu kamarnya, pintu kamarnya itu keburu dikunci lagi dari luar. Dan pelakunya adalah Romi. Romi terlihat tertawa dibalik pintu, lalu Romi berlari ke kamarnya yang berhadapan agak jauh dari kamar Sasha.

"Romiiiiii!!!!!!!!" Teriak Sasha kesal.

Ayah Sasha perlahan menuruni tangga menuju ruang tamu dengan wajah kebingungan, dia ditatap oleh istrinya dengan tatapan penasaran. Lalu Ayahnya Sasha pun duduk di sofa dengan balik menatap istrinya.

Ibu Sasha menghela nafas. "Ada masalah lagi?" Tanyanya sambil berdiri menatap Suaminya.

Ayahnya Sasha menghela nafas dan tertawa kecil. "Sifatnya sama sepertimu, padahal dari kecil kita sudah berusaha untuk mendidik dia dengan baik. Tapi ternyata emang, sifat anak tidak jauh dari orang tuanya. Kuharap, adik-adiknya tidak sama seperti dia." Jelasnya.

Ibu Sasha menatap ke atas tampak memikirkan sesuatu, disaat itu pula ayahnya Sasha keluar dari rumah untuk mencari udara segar diluar. Udara desa di malam hari memang begitu menyejukan dan segar.

Merupakan suatu kebiasaan ayahnya Sasha dimalam hari, biasanya meroko di kursi depan rumah mereka. Sesekali menatap mobil yang kadang lalu lalang di jalanan.

Ibunya Sasha pun duduk di sofa sembari menghela nafas, dia mengingat-ingat masa kecil dari Sasha. Dulu Sasha bukanlah anak perempuan yang nakal, tapi setelah mengenal cinta dan laki-laki sifatnya berubah.

"Aku dulu juga sama sepertinya. Padahal hanya satu yang kuharapkan padanya."

Ibu Sasha mengingat masa lalu sambil berbicara sendiri di ruang tamu saat itu, sementara suaminya yang bernama Mark itu duduk dengan santai. Mark merokok santuy disana sambil memainkan asap rokoknya.

Tidak lama setelah itu dari, kejauhan terlihat sosok perempuan berambut pendek tiba-tiba menatapnya dan berdiri di sebrang jalan. Perempuan terus menatap dengan tatapan tajam, dia memakan gaun putih pendek tanpa memakai sendal ataupun sepatu.

Mark dengan santainya hanya menatap perempuan itu balik, rokoknya dia isap tanpa memperdulikan apa sebenarnya yang menatap dia saat itu. Mark memang orangnya agak cuek dengan hal-hal yang tidak diketahuinya.

Dari lantai atas turunlah Salma dan memanggil ibunya dengan ekspresi ketakutan. "Mah! Ada seseorang dari luar menatap rumah kita. Aku melihat dari jendela kamarku, sosoknya seperti perempuan berambut pendek dan tinggi."

Setelah mendengar hal itu, ibunya pun pergi keluar dan melihat perempuan itu dan mendekati suaminya. Ternyata suaminya pun ikut memperhatikan gerak-gerik aneh dari si perempuan itu.

"Mark!" Panggil Istrinya.

"Dia tak henti-hentinya menatap rumah kita, ntah apa yang akan dia lakukan." Jawab Mark dengan santuy.

Mark dari tadi pun terus memperhatikan gerak-gerik aneh si perempuan itu dari bangku depan rumahnya sambil merokok, perempuan itu benar-benar terlihat menakutkan.

"Mungkin itu hanya orang gila saja, iya kan?" Tanya ibunya Sasha memastikan.

"Hanah kau ingat dulu? Waktu kita masih pacaran? Begitu jailnya kita mengerjain seorang perempuan gila ditengah jalan. Perempuan itu tertabrak oleh truk, untungnya waktu itu tidak ada yang peduli dengan orang gila itu. Kita pun saat itu langsung pergi, jadi." Mark menceritakan masa lalu mereka.

"Jadi?" Tanya Hanah.

Mark berdiri dari bangkunya sambil tersenyum menatap penuh hasrat istrinya. Tatapannya adalah tatapan seorang lelaki yang sudah lama menahan sesuatu.

"Ini memang tidak ada kaitannya dengan kejadian itu. Tapi malam ini, mari kita menggila di kamar." Ajak Mark.

Hanah hanya tersenyum kecil dan menatap balik Mark. "Seperti biasa? Hah, kau tau masalah Sasha belum bereskan?" Tanya Hanah.

"Biarkan saja dia. Yuk!"

Mark memegang tangan Hanah dengan penuh hasrat, tetapi Hanah melepaskannya. "Aku tidak bisa, masalah Sasha lebih penting. Tapi, mungkin setelah anak-anak pada tidur?"

Mark dan Hanah yang mengobrol diluar tidak tau bahwa, anak-anak mereka yaitu Salma dan Romi menguping dari balik pintu sambil tertawa dan terlihat senang. Mungkin mereka akan mendapatkan adik baru.

Sementara itu di kamar Sasha, dia masih teleponan bersama pacarnya Ronald. Sasha terlihat malas-malasan di kasurnya sambil memeluk guling. Lalu dia pun bangun dan membawa laptop dari laci di kamarnya.

"Yang?" Panggil Ronald.

"Bentar aku cari laptop dulu."

Sasha mengambil laptopnya itu dan kembali ke kasurnya. "Yang? Aku udah pengen nih, gak kuat tau gak sabar juga."

Ronald terus melas-melas kepada Sasha, dengan suara yang sepertinya dia sudah tidak tahan menahan nafsu mesumnya itu. Sasha hanya tertawa dan mengejeknya.

"Kasian, kan lo dah tau aku dikurung di kamar. Gak bisa keluar tau, kamu gak ngerti-ngerti. Udah gini aja, kamu pergi ke toilet bawa sabun. Dah tuh pake sabun aja, biasanya kan juga laki suka pake sabun kan?"

"Hahah tau aja kamu." Tawa Ronald.

Sasha membuka laptop dan menyalakannya. "Eh Ron! Lo udah mindahin video liburan kita ke laptop gue belum sih?"

"Video liburan yang mana?" Tanya Ronald.

"Yang tadi pagi di pantai itu. Udah belum? Gue pengen liat-liat lagi, karena liburan ini adalah liburan terbaik kita... Kurasa."

"Ouhh yang di pantai tadi pagi ya, udah di folder my love tuh." Jawab Ronald.

Sasha pun membuka folder itu dan mulai menonton satu persatu video liburan mereka tadi pagi. Di video itu Sasha dan Ronald tampak sangat mesra walaupun kadang mereka terlihat di luar batas atau tidak menjaga sikap mereka. Mereka terlihat memasuki sebuah tempat tanpa sopan santunan dan membuang sampah sembarang.

"Yang apa kita gak terlalu berlebihan ya? Ko gue ngerasa bersalah sih sekarang?" Kata Sasha sambil melihat video.

Ronald pun melakukan Video Call kepada Sasha. Sasha mengangkat panggipannya dan terkejutnya Sasha ketika melihat Ronald membawa sabun ke kamarnya. Entah apa yang akan dilakukan Ronald, tapi itu membuat Sasha tertawa terbahak-bahak.

"Ron... Hahahaha segitu sangenya kah lo? Gila lo bawa sabun ke kamar? Emang di rumah lo gak ada nyokap sama bokap lo?" Tanya Sasha sambil ketawa.

"Kan ini juga gara-gara kamu gak ada di sampingku saat ini."

"Sekalian aja pake rinso terus masukin titit sama badan lo ke mesin cuci, muter muter dah tuh lo sama titit lo hahaha." Ejek Sasha.

Mereka pun terus mengobrol sambil Sasha yang terus menonton video liburan mereka di pantai pagi itu. Hingga tiba-tiba obrolan Sasha dan Ronald terhenti, Sasha terdiam karena melihat penampakan di salah satu video liburan mereka.

Sosok perempuan berambut pendek dan memakai gaun. Perempuan itu tampak menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan menyeramkan. Dan setelah memutar video-video selanjutnya, ternyata sosok perempuan itu mengikuti Sasha dan Ronald.

"Gila! Apaan nih? Siapa cewe ini? Serem amat!"

Sasha begitu terkejut ketika melihat penampakan sosok perempuan itu dan saat Sasha berusaha memperlihatkan video itu, tiba-tiba Ronald menutup video callnya.

"Lah kenapa si Ronald di tutup sih? Gue panggil lagi aja deh."

Sasha bergegas menelepon Ronald balik dan bertanya langsung, apakah di video liburan mereka yang berada di Ronald ada penampakan sosok perempuan itu atau tidak.

Tit.. tit .. tit..

"Gila kali nih cowo napa jadi gak bisa dihubungi? Lagi coli kali dia ya? Bangsat banget!"

Sasha terus berusaha menelepon Ronald, tapi tidak pernah di angkat oleh Ronald. Karena merasa kesal, akhirnya Sasha menyerah untuk menelepon Ronald. Dan memutuskan untuk melihat foto-foto mereka kembali.

Bersambung