Chereads / LYORA IS MINE / Chapter 19 - BAB 19 - LYORA IS MINE

Chapter 19 - BAB 19 - LYORA IS MINE

Sean keluar dari dalam kamar mandi setelah beberapa saat dirinya menghabiskan waktu untuk membersihkan diri. Dilihatnya Lyora yang tengah meringkuk di atas tempat tidur dengan wajahnya yang masih tampak pucat pasi.

Tanpa berpikir ingin memakai baju terlebih dahulu atau hanya sekedar mengeringkan rambutnya yang basah, Sean berjalan dan duduk di pinggir ranjang, mengusap lembut pipi Lyora dengan kasih sayang, "Apa masih sakit hm?"

Mendengar suara Sean, wanita itu membuka matanya perlahan, beberapa saat mereka beradu pandang hingga Lyora sendiri lah yang memutuskannya.

"Ambil hairdryer," titah Lyora membuat Sean mengagguk mengerti. Pria itu tampak mengikuti apa yang Lyora perintahkan, tak ada rasa kesal atau jengkel sedikitpun. Tampaknya Sean menjadi pria yang penurut.

Lyora bangkit perlahan dari tidurnya di bantu oleh Sean tentunya, setelah itu ia meraih hairdryer yang Sean bawa.

"Duduklah di bawah," ketusnya. Lagi dan lagi Sean mengagguk dan duduk di atas karpet hitam brudru dengan Lyora yang tetap berada di atas tempat tidur hingga memudahkan wanita itu untuk mengeringkan rambut Sean.

Marah? Tentu saja marah, ia masih sangat marah dengan apa yang Sean lakukan, namun ia pun tak bisa seegois itu, terkadang ia sadar jika Sean memberinya seribu kebaikan, dengan satu kesalahan Sean saja, tak mungkin membuatnya menghilang bukan? Lyora ingin bertindak adil pada Sean. Biarlah untuk sekarang ia tak akan mempermasalahkan ini.

Setelah selesai mengeringkan rambut Sean, Lyora meletakan hairdryernya di atas nakas, kembali membaringkan tubuhnya tanpa peduli Sean yang entah mau bagaimana.

Sean jelas tak ingin terus berdiam diri, ia ikut berbaring di samping Lyora setelah mematikan sakral lampunya dan hanya menyalakan lampu tidur hingga terdapat cahaya remang-remang saja.

"Pakailah dulu bajunya, Sean!" kesal Lyora. Bukannya mengikuti apa yang Lyora perintahkan, Sean malah menarik handuknya dan melemparnya asal, ia menarik Lyora ke dalam pelukannya.

"Istirahatlah sayang," bisik Sean.

Ah— rasanya benar-benar canggung kala ada sesuatu di bawah sana yang tampak mengganjal, ia tak tau apa yang harus dirinya lakukan, namun pening dikepalanya, sakit diperutnya membuatnya merasa lemas dan memilih pasrah di dalam dekapan Sean saja.

***

Sean mengerjapkan matanya perlahan kala tak menemukan Lyora di samping tempat tidurnya, ia lantas bangkit, meraih bathrobe dan memakainya asal. Ia lantas berjalan dengan langkah lebarnya keluar dari kamar. Sial, semua bodyguardnya sudah ia pulangkan karena harus memindahkan hama ke tempat yang tidak diketahui Lyora, ia hanya tak ingin wanitanya terganggu dengan hal-hal seperti itu meski menurutnya hal yang kecil.

"Sayang!!" teriak Sean kala tak menemukan Lyora di ruangan manapun. Ia bahkan sudah menyusuri setiap kamar mandi, namun tak ada tanda-tanda kehadiran wanitanya itu.

Ia berjalan menuruni anak tangga, menuju lantai dasar yang akan menjadi harapan terakhirnya. Jika Lyora tak juga ditemukan di lantai dasar, apa yang akan Sean lakukan? Entahlah.

Sean menghentikan langkahnya kala melihat sesosok wanita yang ia cari sedari tadi tengah bergulat dengan alat masak, marah? Jelas pria itu marah, bukankah pria itu sudah melarang Lyora untuk melakukan hal semacam itu? Berapa kali Sean menegaskan jika Lyora merupakan ratunya, Lyora tak pantas melakukan itu.

Namun, mengingat hal yang ia lakukan semalam dan kala ia tau Lyora tak sama sekali meninggalkannya membuat Sean mengurungkan niatnya untuk memarahi Lyora atas kesalahan Lyora siang ini.

Siang? Ya, tentu saja. Mereka tidur pada dini hari hingga membuat mereka bangun di siang hari.

Dengan langkah hati-hati Sean mendekat ke arah dimana wanitanya berada, lengan kekarnya ia lingkarkan di pinggang Lyora sedangkan wajahnya ia sembunyikan di leher jenjang wanita itu. Tak ada perlawanan dari Lyora, Lyora tampak menghiraukan kehadiran Sean dengan terus melanjutkan acara memasaknya.

"Kenapa harus melakukan ini, sayang?" gumam Sean.

Lyora menghentikan aktivitasnya sejenak, "Apa kamu ingin kita mati kelaparan?" Lyora kembali melanjutkan aktivitasnya itu.

Meski jawaban yang Lyora lontarkan terdengar begitu ketus, namun itu semua tak pernah membuat Sean menyerah.

Tangan Sean mulai masuk ke dalam dress yang Lyora kenakan— bukan pakaian semalam, mungkin Lyora sudah melakukan ritual paginya hingga wanita itu sudah berganti pakaian, mengusap perut rata wanita itu dengan lembut, "Apa masih sakit?"

Lyora bergumam, "Hm... sedikit."

Mendengar itu Sean terus mengusapnya penuh kasih sayang.

"Aku sangat mencintaimu, jangan tinggalkan aku," lirihnya yang masih dapat Lyora dengar.

Beberapa saat Lyora tertegun mendengar penuturan Sean, lidahnya terasa kelu namun dirinya tak boleh terbawa suasana, ia tau Sean sangat mencintainya namun apa yang Sean lakukan membuatnya tak dapat berkata-kata.

"Bagaimana bisa aku tetap berada disampingmu sedangkan kamu melakukan hal yang sangat mengganggu ku!"

Sean menghentikan usapannya di perut Lyora, ia membalikan tubuh Lyora lalu menatap wanita itu dengan tatapan yang begitu sulit diartikan, "Lyora Axelyn! Kamu milikku, sekali aku berkata begitu kamu akan selamanya menjadi milikku."

Cup!

Sean pergi meninggalkan Lyora sendiri setelah pria itu mencuri kecupan singkat di bibir wanitanya. Ya, terkadang Sean memiliki sisi egoisnya sendiri membuat Lyora seolah tak dapat berkutik selain berdiam diri.