"Mas, gak mau tolongin saya dorong motor ya?" tanya wanita itu.
"Eh, ma-ma-mau kok!" jawab Wans dengah suara yang terbata-bata,
"Wah, beneran?!"
"I-iya!" jawab Wans terpaksa.
Lalu dia pun mendorong motor milik wanita itu yang sedang mogok, dan dengan tubuh yang gemetaran tak karaun.
"Masih jauh, Mas?"
"Ah, sebentar lagi kok," jawab Wans. Suara Wans juga terdengar bergetar.
"Mas, kok kayak gemetaran begitu sih, Mas-nya lagi sakit ya?"
"Eh, enggak kok!"
"Lah, itu, kok suaranya kayak gemetaran begitu?"
"Enggak apa-apa kok," ujar Wans.
"Tunggu!" si Wanita menyuruh berhenti.
Dan Wans pun menghentikan langkah kakinya, tubuh Wans kian gemetar dan melemas saja, serasa tak bertenaga.
Namun Wans masih memaksakan diri untuk menuntun motor milik si wanita.
Bahkan Wans berkali-kali menutup matanya setelah melirik motor itu sesaat.
Aroma bahan bakar yang masih menyeruat membuat perut Wans bergejolak.
'Aduh mual gue,' bicara Wans di dalam hatinya.